|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Apa sebenarnya yang ingin kita raih dan cari di bumi ini?
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Apa Yang Kita Cari ? |
|
Apa Yang Kita Cari ? |
|
Senin, 27 Februari 2017 |
|
|
|
|
|
Apa Yang Kita Cari ? |
|
Ibrani 11:8-10, 17-19 |
|
|
|
|
|
|
Seringkali orang percaya salah fokus dalam melihat kehidupan para bapa leluhur umat Israel, yaitu Abraham, Ishak, dan Yakub. Orang percaya ingin diberkati seperti halnya para bapa leluhur tersebut. Bahkan mereka ingin memperoleh berkat Abraham, Ishak, dan Yakub. Cita-cita tersebut semakin terpupuk subur dengan pengajaran-pengajaran yang lebih menekankan berkat dan berkat saja. Semangatnya ketika belajar tentang kehidupan para bapa leluhur lebih pada yang materi daripada yang rohani. Yang ingin ditemukan adalah bagaimana kiat-kiat untuk memperoleh berkat bapa-bapa leluhur. Akhirnya apa? Yang rohani, misalnya: ketaatan, kesetiaan, hidup takut akan Allah, dan sebagainya hanya menjadi sarana atau jalan untuk meraih keberhasilan secara materi. Tentunya jika seperti itu sudah salah kaprah, kebolak-balik.
Penulis surat Ibrani mengutip kehidupan para bapa leluhur [Ibrani 11:8-10, 17-19], khususnya Abraham, bukan ditekankan pada perkara lahiriah tetapi pada perkara spiritual, yaitu iman. Surat Ibrani menegaskan bahwa kepercayaan Abraham kepada Allah sudah teruji dan terbukti, sehingga ia menjadi salah satu tokoh iman yang layak dan patut diteladani. Begitu juga Paulus menyoroti bahwa orang yang percaya kepada Kristus turut menerima berkat Abraham. Ia menegaskan bahwa mereka ...selengkapnya » |
Seringkali orang percaya salah fokus dalam melihat kehidupan para bapa leluhur umat Israel, yaitu Abraham, Ishak, dan Yakub. Orang percaya ingin diberkati seperti halnya para bapa leluhur tersebut. Bahkan mereka ingin memperoleh berkat Abraham, Ishak, dan Yakub. Cita-cita tersebut semakin terpupuk subur dengan pengajaran-pengajaran yang lebih menekankan berkat dan berkat saja. Semangatnya ketika belajar tentang kehidupan para bapa leluhur lebih pada yang materi daripada yang rohani. Yang ingin ditemukan adalah bagaimana kiat-kiat untuk memperoleh berkat bapa-bapa leluhur. Akhirnya apa? Yang rohani, misalnya: ketaatan, kesetiaan, hidup takut akan Allah, dan sebagainya hanya menjadi sarana atau jalan untuk meraih keberhasilan secara materi. Tentunya jika seperti itu sudah salah kaprah, kebolak-balik.
Penulis surat Ibrani mengutip kehidupan para bapa leluhur [Ibrani 11:8-10, 17-19], khususnya Abraham, bukan ditekankan pada perkara lahiriah tetapi pada perkara spiritual, yaitu iman. Surat Ibrani menegaskan bahwa kepercayaan Abraham kepada Allah sudah teruji dan terbukti, sehingga ia menjadi salah satu tokoh iman yang layak dan patut diteladani. Begitu juga Paulus menyoroti bahwa orang yang percaya kepada Kristus turut menerima berkat Abraham. Ia menegaskan bahwa mereka yang hidup dari iman akan diberkati bersama-sama Abraham [Galatia 3:7-9]. Berkat apa yang dimaksudkan oleh Paulus? Apakah berkat kekayaan yang melimpah seperti halnya Abraham dalam Kejadian 13:2, “Adapun Abram sangat kaya, banyak ternak, perak dan emasnya.” Tentu bukan. Berkat yang dimaksud oleh Paulus bukan bersifat materi, tetapi secara rohani. Penggenap berkat yang dijanjikan itu adalah Kristus [band. Galatia 3:14, 16].
Kalau begitu apakah iman kristen anti kekayaan ataupun berkat-berkat secara lahiriah. Tidak sama sekali! Kita harus menyadari bahwa di dalam keimanan kristen, kekayaan [berkat secara jasmani] memang penting, tetapi bukanlah yang utama dan bukan penentu keselamatan kita. Prinsip itu pun sangat ditegaskan oleh Tuhan Yesus. ‘Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi sebab ngengat dan karat merusakkannya, dan pencuri membongkar serta mencurinya’ [Matius 7:19]; ‘Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga...’ [Matius 19:21]; ‘Hidup seseorang tidak tergantung pada kekayaannya....’ [Lukas 12:15].
Saudara yang terkasih, hendaknya kita memiliki fokus yang tepat dan benar ketika menjadi pengikut Kritus. Fokus hidup kita bukan pada yang lahiriah, tetapi yang rohaniah. Bukan pada yang fana, tetapi pada yang kekal. Bukan pada yang di bumi, tetapi pada yang di sorga. Bukan mengabdi kepada Mamon, tetapi kepada Kristus.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|