Seorang guru wajib menguasai bahan ajar saat dia mengajar yang tentu saja sudah dipersiapkan sebelumnya dan harus sesuai dengan acuan/kurikulum yang berlaku. Tidak boleh sekehendak hati sendiri. Bisa dikembangkan tetapi tetap ada pola dasarnya.
Demikian juga kita anak-anak Tuhan saat memuridkan orang lain, kita wajib menguasai “bahan ajar” agar sebagai seorang “guru” kita siap melangkah dengan mantap. Tentu saja “bahan ajar” kita hanya satu, yaitu Firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab. Kita wajib belajar bahan ajar tersebut, yaitu dengan cara membaca, merenungkan dan melakukannya dalam keseharian kita sehingga hidup kita juga menjadi teladan bagi yang kita muridkan.
Begitu pentingnya Firman Tuhan dalam hidup kita sehingga Tuhan menginginkan Firman Tuhan menjadi gaya hidup kita dan seluruh keluarga kita seperti yang tertulis dalam kitab Ulangan 11:18-20 sebagai berikut :
Tetapi kamu harus menaruh perkataan-Ku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu ha...selengkapnya »
Seorang guru wajib menguasai bahan ajar saat dia mengajar yang tentu saja sudah dipersiapkan sebelumnya dan harus sesuai dengan acuan/kurikulum yang berlaku. Tidak boleh sekehendak hati sendiri. Bisa dikembangkan tetapi tetap ada pola dasarnya.
Demikian juga kita anak-anak Tuhan saat memuridkan orang lain, kita wajib menguasai “bahan ajar” agar sebagai seorang “guru” kita siap melangkah dengan mantap. Tentu saja “bahan ajar” kita hanya satu, yaitu Firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab. Kita wajib belajar bahan ajar tersebut, yaitu dengan cara membaca, merenungkan dan melakukannya dalam keseharian kita sehingga hidup kita juga menjadi teladan bagi yang kita muridkan.
Begitu pentingnya Firman Tuhan dalam hidup kita sehingga Tuhan menginginkan Firman Tuhan menjadi gaya hidup kita dan seluruh keluarga kita seperti yang tertulis dalam kitab Ulangan 11:18-20 sebagai berikut :
Tetapi kamu harus menaruh perkataan-Ku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu. Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun; engkau harus menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.
Sudahkah “bahan ajar” yang kita pergunakan untuk memuridkan orang lain sudah menjadi gaya hidup kita dan seluruh keluarga kita yang dapat dilihat setiap orang di manapun kita berada seperti apa yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus bahwa kita adalah surat yang dapat dibaca oleh semua orang [2 Korintus 3:2]? ‘Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang’. Amin.