|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Belas kasihan Bapa menghidupkan kita kembali. Kita yang terhilang telah didapatkan-Nya kembali, Terpujilah nama Tuhan! |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Belas Kasih Bapa |
|
Belas Kasih Bapa |
|
Jumat, 12 April 2019 |
|
|
|
|
|
Belas Kasih Bapa |
|
Lukas 15:11-32 |
|
|
|
|
|
|
Pada suatu hari, kakak sulung saya dimarahi bapak. Dengan perasaan marah, kakak saya merencanakan untuk lari dari rumah dengan mengajak saya, [yang pada saat itu masih berusia 4 tahun] beserta kakak saya yang lain untuk mengikuti dia. Saya yang masih polos mengikuti saja ajakan kakak tersebut. Akhirnya kami semua lari dari rumah dengan berjalan kaki, cukup jauh. Setelah malam, kami kelaparan. Kami tidur di halaman rumah orang dan berharap belas kasihan dari orang rumah tersebut. Keesokan harinya kami mengemis di dekat rel kereta api, agar dapat membeli makanan. Saya menangis terus karena capek dan kelaparan. Kami semua merasa menyesal pergi dari rumah. Kami merindukan kasih orangtua, yang selalu memperhatikan kebutuhan kami. Kejadian ini sampai masuk ke berita koran pada saat itu. Mereka mengira telah ada penganiayaan terhadap anak di bawah umur oleh orangtua. Puji Tuhan berbekal informasi dari koran, kedua orangtua kami menjemput kami dan membawa kami pulang. Kami merasa sangat senang. Mereka begitu berbahagia dan menyambut kami dengan penuh belas kasihan.
Peristiwa anak bungsu dalam cerita Alkitab yang pergi dan memilih untuk hidup jauh dari kasih bapanya. Anak bungsu ini memaksakan dirinya “lepas” dari kasih bapa, yang selama ini mengasihinya. Setelah dia b...selengkapnya » |
Pada suatu hari, kakak sulung saya dimarahi bapak. Dengan perasaan marah, kakak saya merencanakan untuk lari dari rumah dengan mengajak saya, [yang pada saat itu masih berusia 4 tahun] beserta kakak saya yang lain untuk mengikuti dia. Saya yang masih polos mengikuti saja ajakan kakak tersebut. Akhirnya kami semua lari dari rumah dengan berjalan kaki, cukup jauh. Setelah malam, kami kelaparan. Kami tidur di halaman rumah orang dan berharap belas kasihan dari orang rumah tersebut. Keesokan harinya kami mengemis di dekat rel kereta api, agar dapat membeli makanan. Saya menangis terus karena capek dan kelaparan. Kami semua merasa menyesal pergi dari rumah. Kami merindukan kasih orangtua, yang selalu memperhatikan kebutuhan kami. Kejadian ini sampai masuk ke berita koran pada saat itu. Mereka mengira telah ada penganiayaan terhadap anak di bawah umur oleh orangtua. Puji Tuhan berbekal informasi dari koran, kedua orangtua kami menjemput kami dan membawa kami pulang. Kami merasa sangat senang. Mereka begitu berbahagia dan menyambut kami dengan penuh belas kasihan.
Peristiwa anak bungsu dalam cerita Alkitab yang pergi dan memilih untuk hidup jauh dari kasih bapanya. Anak bungsu ini memaksakan dirinya “lepas” dari kasih bapa, yang selama ini mengasihinya. Setelah dia berfoya-foya dan menikmati kenikmatan dunia, akhirnya semua harta yang dimilikinya habis. Dia mengalami fase krisis dalam hidupnya, yakni kelaparan dan penderitaan, sampai-sampai dia harus bekerja kasar untuk memenuhi kebutuhannya. Sampai pada suatu waktu, pengalaman hidup yang dialaminya tersebut, mendorong dia untuk kembali kepada kasih bapanya.
Beberapa hal, berkenaan dengan orang yang ”melarikan diri” dari kasih Bapa di surga seperti si bungsu adalah: Pertama: orang tersebut akan terikat dengan harta [mamon]. Orang yang sudah terikat mamon, menjadikan harta sebagai tuannya, akibatnya fokus utama kehidupan hanya untuk mencari kekayaan dan bukan Tuhan. Harta menjadi faktor penilaian akan kesuksesannya. Kedua, selalu ingin hidup dalam keinginan daging, memuaskan hawa nafsunya. Tidak lagi hidup di dalam kekudusan, perbuatan dosa menjadi hal biasa, yang mengakibatkan kebinasaan. Ketiga, akibat lepasnya seseorang dari kasih Bapa, maka akan selalu mengalami kekurangan. Awalnya memiliki segala sesuatu, namun selalu habis dan selalu berkekurangan dan bermasalah.Keempat, Pada saat titik tertentu, orang tersebut akan mengalami kondisi semakin jauh dari Tuhan, merasa putus asa dan tidak berharga/tidak layak dan rendah diri yang akut, sehingga tidak jarang bisa mengakibatkan stress, depresi bahkan bunuh diri.
Jika kita mungkin sedang mengalami situasi seperti di atas, maka datanglah kepada Bapa yang baik. Sesungguhnya setiap hari Dia sedang menanti “di depan pintu” menunggu anak kesayangannya untuk pulang. Dia tidak membenci kita, Dia tidak akan menghukum kita, oleh karena keputusan salah yang pernah kita ambil. Mengapa demikian? Karena Dia adalah Bapa yang penuh dengan belas kasihan. Ketika kita datang dengan pertobatan dan penyesalan, maka Bapa di surga akan merangkul, memeluk, serta mengangkat kita jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Sebab kita telah mati dan telah hidup kembali, kita telah hilang dan didapatkan kembali oleh-Nya [Luk. 15:24,32].
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|