|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Hati yang kecil akan menjadi sesak oleh masalah, sekalipun oleh masalah yang kecil |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Berhenti Menjadi Gelas |
|
Berhenti Menjadi Gelas |
|
Sabtu, 07 April 2018 |
|
|
|
|
|
Berhenti Menjadi Gelas |
|
Mazmur 57:8-12 |
|
|
|
|
|
|
Seorang guru bijak mendatangi muridnya yang tampak murung. ’Kenapa kau murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini?’ sang guru bertanya. ’Guru hidupku penuh masalah. Sulit bagiku untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya.’ jawab sang murid. Sang guru tersenyum. ’Nak, ambillah segelas air dan dua genggam garam, bawalah kemari.’
Si muridpun beranjak pelan tanpa semangat, mengambil gelas dan garam yang diminta gurunya. ’Coba ambil segenggam garam dan masukkan ke gelas air itu’, kata gurunya. ’Sekarang kau minum airnya sedikit.’
Si muridpun melakukannya. Wajahnya meringis karena minum air asin. ’Bagaimana rasanya?’ tanya sang guru. ’Asin sekali dan perutku jadi mual.’ jawab sang murid. ’Sekarang kau ikut aku.’ Sang guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat pondokan mereka. ’Ambil garam yang tersisa dan tebarkan ke danau.’ Si murid menebar garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. ’Sekarang coba kau minum air danau itu.’ kata sang guru. Si murid menangkupkan kedua tangannya mengambil air danau, dan memb...selengkapnya » |
Seorang guru bijak mendatangi muridnya yang tampak murung. ’Kenapa kau murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini?’ sang guru bertanya. ’Guru hidupku penuh masalah. Sulit bagiku untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya.’ jawab sang murid. Sang guru tersenyum. ’Nak, ambillah segelas air dan dua genggam garam, bawalah kemari.’
Si muridpun beranjak pelan tanpa semangat, mengambil gelas dan garam yang diminta gurunya. ’Coba ambil segenggam garam dan masukkan ke gelas air itu’, kata gurunya. ’Sekarang kau minum airnya sedikit.’
Si muridpun melakukannya. Wajahnya meringis karena minum air asin. ’Bagaimana rasanya?’ tanya sang guru. ’Asin sekali dan perutku jadi mual.’ jawab sang murid. ’Sekarang kau ikut aku.’ Sang guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat pondokan mereka. ’Ambil garam yang tersisa dan tebarkan ke danau.’ Si murid menebar garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. ’Sekarang coba kau minum air danau itu.’ kata sang guru. Si murid menangkupkan kedua tangannya mengambil air danau, dan membawa ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di kerongkongannya, sang guru bertanya kepadanya. ’Bagaimana rasanya?’ ’Segar sekali.’ kata si murid. ’Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?’ ’Tidak sama sekali’ kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang guru hanya tersenyum memperhatikannya membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas. ’Nak.’ kata sang guru setelah muridnya selesai minum. ’Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah diketahui oleh Tuhan, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia inipun demikian. Tidak ada satupun manusia, walau dia seorang nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah. Rasa ’asin’ dari penderitaan yang kita alami itu sangat tergantung dari besarnya hati yang menampungnya. Jadi nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan hati dalam dadamu itu sebesar danau.’
Si murid terdiam mendengarkan.
Milikilah hati yang lapang, hati yang penuh dengan ucapan syukur dan yang sanggup menampung setiap perkara yang terjadi dalam hidup kita.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|