|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Jangan menyimpan kepahitan karena itu akan merugikan hidup kita dan juga orang lain. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Buanglah Segala Kepahitan |
|
Buanglah Segala Kepahitan |
|
Selasa, 14 Agustus 2018 |
|
|
|
|
|
Buanglah Segala Kepahitan |
|
Efesus 4:31-32 |
|
|
|
|
|
|
Sesosok remaja putri FSR [16] ditemukan di sebuah hutan pantai dalam kondisi luka parah. Setelah menerima informasi dari warga, kepolisian bergerak cepat. Dan tak sampai 24 jam, polisi menetapkan teman korban berinisial NF [18] menjadi tersangka penganiayaan tersebut. Dari hasil interogasi, Polisi menyatakan bahwa tersangka yang berjualan bedak secara online mengaku sakit hati kepada korban yang mengejek bahwa bedak yang dijualnya telah kedaluarsa atau busuk. Di samping itu, pelaku juga mencurigai korban memiliki hubungan dengan pacarnya.
Jika ditelisik lebih dalam, motif tindak penganiayaan tersebut adalah sakit hati. Sakit hati sebenarnya adalah sebuah reaksi yang normal bila seseorang dikecewakan atau mendapat perlakuan yang tidak baik. Namun bila tidak mendapatkan penanganan yang benar, sakit hati ini dapat berubah menjadi luka yang sangat kronis dan menjadi akar pahit yang sangat merusak batin dan jiwa seseorang. Membuat seseorang tidak bisa mengalami kedamaian dan ketentraman hati.
Kata Yunani ’pikria’ [akar pahit, kepahitan] berasal dari akar kata ’pik’ yang berarti runcing atau tajam. Ini mengacu pa...selengkapnya » |
Sesosok remaja putri FSR [16] ditemukan di sebuah hutan pantai dalam kondisi luka parah. Setelah menerima informasi dari warga, kepolisian bergerak cepat. Dan tak sampai 24 jam, polisi menetapkan teman korban berinisial NF [18] menjadi tersangka penganiayaan tersebut. Dari hasil interogasi, Polisi menyatakan bahwa tersangka yang berjualan bedak secara online mengaku sakit hati kepada korban yang mengejek bahwa bedak yang dijualnya telah kedaluarsa atau busuk. Di samping itu, pelaku juga mencurigai korban memiliki hubungan dengan pacarnya.
Jika ditelisik lebih dalam, motif tindak penganiayaan tersebut adalah sakit hati. Sakit hati sebenarnya adalah sebuah reaksi yang normal bila seseorang dikecewakan atau mendapat perlakuan yang tidak baik. Namun bila tidak mendapatkan penanganan yang benar, sakit hati ini dapat berubah menjadi luka yang sangat kronis dan menjadi akar pahit yang sangat merusak batin dan jiwa seseorang. Membuat seseorang tidak bisa mengalami kedamaian dan ketentraman hati.
Kata Yunani ’pikria’ [akar pahit, kepahitan] berasal dari akar kata ’pik’ yang berarti runcing atau tajam. Ini mengacu pada sesuatu yang memotong dan tajam. Jadi akar pahit adalah sesuatu yang tajam/runcing yang dapat melukai dan atau merusak diri sendiri dan orang lain. Seseorang yang menyimpan akar pahit tidak akan mampu bersikap ramah, apalagi mengasihi orang yang telah menyakitinya. Justru yang yang muncul adalah kegeraman dan kemarahan, penghinaan dan fitnah, kekerasan dan penganiayaan, dsb. Intinya, akar pahit tidak akan pernah menjadi sesuatu yang membangun. Ia selalu bersifat merusak atau mencemarkan.
Mengingat bahaya kepahitan, Rasul Paulus menasihatkan agar kita segera [secepatnya] membuang segala kepahitan [ayat 31] karena hal itu sangat membahayakan dan merugikan. Bagaimana cara membuangnya? Yaitu dengan melepaskan pengampunan [ayat 32]. Tanpa kesediaan mengampuni, niscaya kepahitan tersebut tidak akan hilang. Yang ada adalah hanyalah kebencian dan dendam.
Apakah saat ini kita merasa sakit hati atau bahkan menyimpan kepahitan? Jangan tinggal diam dan membiarkannya semakin berkembang dan menguasai diri kita. Jika ya, kita harus jujur di hadapan Tuhan. Mengakui sakit hati yang kita rasakan. Buatlah daftar siapa saja dan perbuatan apa yang telah menyakiti hati kita. Kemudian berdoalah memohon kekuatan untuk melepaskan pengampunan. Berdoalah dan berkati orang yang telah menyakiti kita. Dengan berbuat demikian, kita akan mengalami kemerdekaan dari kepahitan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|