|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Hayatilah kasih karunia Allah hingga engkau mengalami kasih Karunia-Nya |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Dahsyatnya Kasih Karunia |
|
Dahsyatnya Kasih Karunia |
|
Jumat, 06 September 2019 |
|
|
|
|
|
Dahsyatnya Kasih Karunia |
|
1 Korintus 15:10 |
|
|
|
|
|
|
“Hutangku pada Mbah Wanidy sudah aku lunasi”, kata Benay, “Tapi aku malas makan di warungnya lagi!” “Mengapa Ben? Kamu masih jengkel sama beliau ya?” tanya Sambey. “Ya, aku jengkel. Tapi bukan karena masalah hutangku melainkan karena masalah yang baru.” Sambey geleng-geleng kepala. “Piye to, masalah yang satu baru diselesaikan sudah muncul masalah lagi?” “Bagaimana aku tidak jengkel, Sam. Dia itu omongannya tak bisa dipegang. Dia bicara kalau orang Kristen itu harus disiplin dan taat, tapi akhir-akhir ini dia ogah-ogahan datang beribadah. Pelayanan asal pelayanan, tidak ada kesungguhan.” “Sudah kamu tanya mengapa demikian? Mungkin Mbah Wanidy lagi ada masalah, Ben.” Benay mengangguk dan segera menyahut, “Sudah! Eee… malah dia cuma bilang: malas, gitu aja.” Sambey berpikir ada apa dengan Mbah Wanidy, pemilik warung seberang gereja yang pendiam itu? Sambey menghela nafas panjang. Ia semakin memahami apapun aktivitas pelayanan cepat atau lambat akan terasa melelahkan dan membosankan jika tanpa pengalaman akan kasih karunia Allah. Ia menyadari pengalaman malas ini bukan hanya dialami oleh Mbah Wanidy tapi dirinya juga. Dan di saat-saat itu ia butuh diingatkan dan mengecap kembali kasih karunia Allah...selengkapnya » |
“Hutangku pada Mbah Wanidy sudah aku lunasi”, kata Benay, “Tapi aku malas makan di warungnya lagi!” “Mengapa Ben? Kamu masih jengkel sama beliau ya?” tanya Sambey. “Ya, aku jengkel. Tapi bukan karena masalah hutangku melainkan karena masalah yang baru.” Sambey geleng-geleng kepala. “Piye to, masalah yang satu baru diselesaikan sudah muncul masalah lagi?” “Bagaimana aku tidak jengkel, Sam. Dia itu omongannya tak bisa dipegang. Dia bicara kalau orang Kristen itu harus disiplin dan taat, tapi akhir-akhir ini dia ogah-ogahan datang beribadah. Pelayanan asal pelayanan, tidak ada kesungguhan.” “Sudah kamu tanya mengapa demikian? Mungkin Mbah Wanidy lagi ada masalah, Ben.” Benay mengangguk dan segera menyahut, “Sudah! Eee… malah dia cuma bilang: malas, gitu aja.” Sambey berpikir ada apa dengan Mbah Wanidy, pemilik warung seberang gereja yang pendiam itu? Sambey menghela nafas panjang. Ia semakin memahami apapun aktivitas pelayanan cepat atau lambat akan terasa melelahkan dan membosankan jika tanpa pengalaman akan kasih karunia Allah. Ia menyadari pengalaman malas ini bukan hanya dialami oleh Mbah Wanidy tapi dirinya juga. Dan di saat-saat itu ia butuh diingatkan dan mengecap kembali kasih karunia Allah yang membuatnya mampu melanjutkan hidup dengan pengharapan dan semangat.
Jemaat yang terkasih. Rasul Paulus adalah satu-satunya rasul Yesus Kristus yang secara terbuka mengakui bahwa ia telah bekerja lebih keras dibandingkan rasul-rasul yang lain. Dan apa yang diakui oleh Rasul Paulus ini bukan isapan jempol untuk menyombongkan dirinya di hadapan jemaat. Dia telah sungguh-sungguh bekerja dan melayani Yesus Kristus melalui pekabaran Injil dengan sangat luar biasa. Pengalaman kekurangan atau kelimpahan menjadi hal yang biasa dalam hidupnya. Dan kekuatan untuk menanggung semua perkara itu tanpa kehilangan semangat untuk melayani Kristus, semata-mata bukan karena kehebatannya melainkan karena kekuatan dari Allah saja [Filipi 4:12-13]. Dan kekuatan Allah itu mengalir dari kasih karunia yang dialami dan dihayatinya dengan sungguh-sungguh. Kasih karunia Allah itu telah bekerja dalam dirinya begitu rupa. Menghibur dan menguatkannya setiap kali ia dilemahkan oleh situasi dan kondisi. Memotivasinya untuk setia dan terus melayani hingga garis akhir.
Jemaat yang dikasihi Tuhan. Setiap orang percaya menerima kasih karunia Allah itu. Yaitu pengampunan dosa dan jaminan keselamatan kekal. Sudahkan kasih karunia itu bekerja dalam diri kita? Ataukah kasih karunia itu terdiam sia-sia dalam diri kita? Mari kita hayati kasih karunia Allah itu. Niscaya kita akan dibuatnya berpengharapan dalam segala keadaan dan dengan demikian tidak menyerah kalah pada setiap masalah dan tantangan kehidupan. Selamat menikmati dasyatnya kasih karunia. Terpujilah Tuhan!
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|