|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Tetaplah berlaku benar dan setia, tetaplah berpengharapan di dalam Tuhan karena masa depan itu sungguh ada tersedia bagi kita. Selamat membangun harapan. Terpujilah Tuhan! |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Harapan Itu Masih Ada |
|
Harapan Itu Masih Ada |
|
Sabtu, 20 Januari 2018 |
|
|
|
|
|
Harapan Itu Masih Ada |
|
Ayub 17:1-16; Amsal 23:18 |
|
|
|
|
|
|
“Mbah, Benay akan segera kembali ke tanah air”, kata Rabenay pada Mbah Wanidy yang masih terpingkal-pingkal menahan tawa. “Apa! Benay akan kembali? Dia masih hidup?”, tanya Mbah Wanidy keheranan. “Benar Mbah, menurut informasi yang saya terima, KBRI di Iraq telah menyampaikan pengumuman bahwa para sukarelawan asal Indonesia akan mulai dipulangkan pada awal tahun 2018 ini. Konon salah satu nama yang disebut adalah Benay, adik kandung saya.” Wajah Mbah Wanidy sumringah mendengar kabar baik ini. Sukacita meletup-letup dalam sanubarinya. Wajahnya berseri-seri berhias pengharapan. “Wah..wah.., tampaknya Mbah Wanidy gembira sekali. Bahkan lebih gembira dibandingkan dengan saya.” Mbah mengangguk-angguk mengiyakan. “Mengapa Mbah begitu gembira ketika mendapatkan kabar bahwa Benay akan pulang?” tanya Rabenay penasaran. “Ya tentu saya senang karena pertama-tama Benay selamat. Bagaimanapun juga dia itu adalah konsumen fanatikdi warung saya. Kedua, heem…ehem….kembalinya Benay ke Semarang berarti tumbuh mekarnya kembali harapan saya”, jawab Mbah Wanidy. “Harapan apa itu, Mbah” tanya Rabenay. “Heek…e..heeem…harapan untuk terbayarnyahutang-hutang Benay pada saya.” Wajah Rabenay pun memerah karena malu....selengkapnya » |
“Mbah, Benay akan segera kembali ke tanah air”, kata Rabenay pada Mbah Wanidy yang masih terpingkal-pingkal menahan tawa. “Apa! Benay akan kembali? Dia masih hidup?”, tanya Mbah Wanidy keheranan. “Benar Mbah, menurut informasi yang saya terima, KBRI di Iraq telah menyampaikan pengumuman bahwa para sukarelawan asal Indonesia akan mulai dipulangkan pada awal tahun 2018 ini. Konon salah satu nama yang disebut adalah Benay, adik kandung saya.” Wajah Mbah Wanidy sumringah mendengar kabar baik ini. Sukacita meletup-letup dalam sanubarinya. Wajahnya berseri-seri berhias pengharapan. “Wah..wah.., tampaknya Mbah Wanidy gembira sekali. Bahkan lebih gembira dibandingkan dengan saya.” Mbah mengangguk-angguk mengiyakan. “Mengapa Mbah begitu gembira ketika mendapatkan kabar bahwa Benay akan pulang?” tanya Rabenay penasaran. “Ya tentu saya senang karena pertama-tama Benay selamat. Bagaimanapun juga dia itu adalah konsumen fanatikdi warung saya. Kedua, heem…ehem….kembalinya Benay ke Semarang berarti tumbuh mekarnya kembali harapan saya”, jawab Mbah Wanidy. “Harapan apa itu, Mbah” tanya Rabenay. “Heek…e..heeem…harapan untuk terbayarnyahutang-hutang Benay pada saya.” Wajah Rabenay pun memerah karena malu.
Jemaat yang terkasih. Harapan Mbah Wanidy yang sempat terkubur, kini tumbuh kembali karena ada kemungkinan Benay masih hidup dan akan kembali ke tanah air. Demikian juga dengan Ayub. Dalam penderitaannya yang teramat pedih, Ayub bergumul dengan Tuhan. Sahabat-sahatabnya hadir untuk memberikan nasehat. Namun apa boleh buat, nasehat-nasehat mereka malah cenderung menuduh dan makin menyesakkan hatinya. Ayub merasa bahwa harapannya sudah hilang. Semangatnya sudah patah berkeping-keping dan di matanya hanya tampak kematian yang segera akan menghampirinya [ay. 1, 11-16]. Namun apa yang Ayub perkirakan tidaklah seperti yang Allah pikirkan. Sejak dari mulanya penderitaan Ayub diperhatikan oleh Allah. Jerit pergumulannya di dengarkan oleh-Nya. Harapannya tidak dilenyapkan sama sekali. Malah pada waktu yang Allah tetapkan, keadaan Ayub dipulihkan dengan luar biasa [Ayub 42].
Jemaat yang dikasihi Tuhan. Apakah kita sedang mengalami pergumulan? Atau masalah dalam hidup ini? Apakah kita merasa jerit tangis kita dalam doa-doa terasa jauh dari Tuhan? Seolah-oleh mata kita sudah hampir kering? Namun percayalah bahwa kasih Allah tidak akan pernah sedikitpun meninggalkan anak-anak-Nya. Tetaplah berlaku benar dan setia, tetaplah berpengharapan di dalam Tuhan karena masa depan itu sungguh ada tersedia bagi kita. Selamat membangun harapan. Terpujilah Tuhan!
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|