|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
“…Bukankah aku harus berawas-awas, supaya mengatakan apa yang ditaruh Tuhan dalam mulutku?” [Bilangan 23:12] |
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Ibu Rini Handoyo |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Jangan Membunuh |
|
Jangan Membunuh |
|
Senin, 19 Juni 2017 |
|
|
|
|
|
Jangan Membunuh |
|
Bilangan 22 – 24 |
|
|
|
|
|
|
Jangan membunuh, itu adalah salah satu dari sepuluh perintah Tuhan bagi manusia yang diberikan melalui nabi Musa. Mungkin kita berpikir, ”Akh.. gampang sekali melakukan perintah itu, toh sedikitpun tidak terbersit di hati dan pikiran kita keinginan untuk membunuh orang.” Tapi tahukah kita, manusia memiliki potensi besar untuk menjadi seorang pembunuh. Ya, membunuh karakter orang lain, membunuh masa depan seseorang, membunuh perkembangan mental orang lain. Dan kita semua pernah bahkan sering melakukan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Kemarahan terhadap seseorang, situasi yang tidak sesuai dengan keinginan hati, gesekan-gesekan dengan anggota keluarga atau teman, dan hal-hal lain yang memancing emosi, seringkali membuat kita lepas kontrol terhadap apa yang layak kita ucapkan dan apa yang tidak patut kita ucapkan. Dan dengan sadar kita mengucapkan perkataan/ucapan yang merendahkan, melemahkan, melecehkan, menyakitkan kepada orang lain. Ketika kita melepaskan perkataan/ucapan tersebut, kita tidak sempat untuk memikirkan dampak psikis bagi yang menerimanya.
Dalam Bilangan 22-24, kita belajar dari Bileam, seor...selengkapnya » |
Jangan membunuh, itu adalah salah satu dari sepuluh perintah Tuhan bagi manusia yang diberikan melalui nabi Musa. Mungkin kita berpikir, ”Akh.. gampang sekali melakukan perintah itu, toh sedikitpun tidak terbersit di hati dan pikiran kita keinginan untuk membunuh orang.” Tapi tahukah kita, manusia memiliki potensi besar untuk menjadi seorang pembunuh. Ya, membunuh karakter orang lain, membunuh masa depan seseorang, membunuh perkembangan mental orang lain. Dan kita semua pernah bahkan sering melakukan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Kemarahan terhadap seseorang, situasi yang tidak sesuai dengan keinginan hati, gesekan-gesekan dengan anggota keluarga atau teman, dan hal-hal lain yang memancing emosi, seringkali membuat kita lepas kontrol terhadap apa yang layak kita ucapkan dan apa yang tidak patut kita ucapkan. Dan dengan sadar kita mengucapkan perkataan/ucapan yang merendahkan, melemahkan, melecehkan, menyakitkan kepada orang lain. Ketika kita melepaskan perkataan/ucapan tersebut, kita tidak sempat untuk memikirkan dampak psikis bagi yang menerimanya.
Dalam Bilangan 22-24, kita belajar dari Bileam, seorang yang mampu untuk mengontrol apa yang seharusnya diucapkan kepada bangsa Israel. Ketika Bileam diminta Balak untuk mengutuki bangsa Israel [Bilangan 22:6], ia tidak begitu saja menuruti perintah Balak. Tetapi ia meminta petunjuk dan hikmat dari Tuhan, perkataan apa yang harus disampaikan kepada bangsa Israel. Dan Bileam lebih menuruti apa kata Tuhan [Bilangan 23:12]. Bileam tahu dapat dampak dari setiap perkataan/ucapan yang keluar dari mulutnya. Kata-kata kutuk [yang sudah pasti bukan dari Tuhan] bisa menghancurkan bangsa Israel, dan kata-kata berkat [yang dari Tuhan] akan menciptakan kemakmuran, kesejahteraan dan damai sejahtera.
Seperti Bileam, kitapun harus menimbang dampak dari setiap perkataan/ucapan yang akan kita ucapkan kepada anggota keluarga kita maupun kepada setiap orang lain. Berikan sedikit waktu untuk meminta hikmat Tuhan, terlebih ketika menghadapai situasi yang memancing emosi. Janganlah kita menuruti hawa nafsu kita untuk melontarkan kata-kata yang bisa “membunuh” orang lain, tapi kontrol hati, pikiran dan mulut kita supaya hanya kata-kata yang “membangun” iman dan memberkati orang lain yang senantiasa kita ucapkan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|