|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Jalan yang kita lalui mungkin terjal, namun itu bukan alasan untuk menyerah.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Jangan Pernah Menyerah |
|
Jangan Pernah Menyerah |
|
Senin, 18 September 2017 |
|
|
|
|
|
Jangan Pernah Menyerah |
|
Amsal 24:6 |
|
|
|
|
|
|
Lagu pujian ’Jangan Pernah Menyerah’ tengah digandrungi saat ini. Lagu indah ini dibawakan oleh Edward Chen dengan Justin Faith Chen dan telah mengharu biru hati banyak orang dengan suaranya yang polos. Lagu ini memiliki aransemen sederhana namun keteguhan iman dalam rangkaian syairnya begitu menyentuh. ’Tuhan tak pernah janji, langit selalu biru. Tetapi Dia berjanji selalu menyertai. Tuhan tak pernah janji jalan selalu rata, tetapi Dia berjanji berikan kekuatan. Jangan pernah menyerah...’
Tidak ada kehidupan layaknya jalan bebas hambatan. Orang benar bukan berarti diistimewakan. Jalan yang dilalui orang benar bahkan lebih terjal dan lebih berliku jika dibandingkan dengan jalan orang fasik. Karena itu, seberapa sulit jalan hidup yang harus dilewati, kita harus tetap menghadapinya dengan tegar. Setidaknya ada tiga etika yang membedakan orang benar dan orang fasik. Pertama, orang benar tidak menjatuhkan orang lain dan tidak menyerah ketika dijatuhkan. Sebanyak apapun ia dijatuhkan sebanyak itu juga ia akan bangkit lagi [Amsal 24:15-16]. Kedua, orang benar tidak bersorak-sorai melihat kejatuhan orang lain, sebab itu jahat di mata Tuhan [Amsal 24:17-18]. Ketig...selengkapnya » |
Lagu pujian ’Jangan Pernah Menyerah’ tengah digandrungi saat ini. Lagu indah ini dibawakan oleh Edward Chen dengan Justin Faith Chen dan telah mengharu biru hati banyak orang dengan suaranya yang polos. Lagu ini memiliki aransemen sederhana namun keteguhan iman dalam rangkaian syairnya begitu menyentuh. ’Tuhan tak pernah janji, langit selalu biru. Tetapi Dia berjanji selalu menyertai. Tuhan tak pernah janji jalan selalu rata, tetapi Dia berjanji berikan kekuatan. Jangan pernah menyerah...’
Tidak ada kehidupan layaknya jalan bebas hambatan. Orang benar bukan berarti diistimewakan. Jalan yang dilalui orang benar bahkan lebih terjal dan lebih berliku jika dibandingkan dengan jalan orang fasik. Karena itu, seberapa sulit jalan hidup yang harus dilewati, kita harus tetap menghadapinya dengan tegar. Setidaknya ada tiga etika yang membedakan orang benar dan orang fasik. Pertama, orang benar tidak menjatuhkan orang lain dan tidak menyerah ketika dijatuhkan. Sebanyak apapun ia dijatuhkan sebanyak itu juga ia akan bangkit lagi [Amsal 24:15-16]. Kedua, orang benar tidak bersorak-sorai melihat kejatuhan orang lain, sebab itu jahat di mata Tuhan [Amsal 24:17-18]. Ketiga, orang benar tidak iri akan keberhasilan orang yang menggunakan cara-cara salah untuk meraihnya [Amsal 24:19].
Menjalani kehidupan yang terjal saja sulit, apalagi ditambah dengan tiga tuntutan sikap seperti sudah dijelaskan di atas, tentu akan lebih sulit lagi. Namun demikian, bukan berarti hal tersebut mustahil untuk dicapai. Kita harus ingat bahwa Tuhan yang mengijinkan jalan terjal untuk didaki adalah Tuhan yang juga akan memberi kekuatan dan kesanggupan kepada kita untuk mendakinya. Memang ada kalanya kita jatuh, gagal dan terpuruk. Hanya saja, jangan pernah biarkan kita menyerah kalah. Bangkitlah dan yakinlah bahwa Tuhan berpihak kepada kita. Karenanya seperti akhir dari lagu di atas: ’Jangan pernah menyerah jangan berputus asa. Mujijat Tuhan ada, bagi yang setia dan percaya’. [APC]
Pokok renungan:
Jalan yang kita lalui mungkin terjal, namun itu bukan alasan untuk menyerah.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|