|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Kejujuran adalah awal dari hidup yang tenang dan bahagia. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Jujur Vs Kebohongan |
|
Jujur Vs Kebohongan |
|
Sabtu, 25 Februari 2017 |
|
|
|
|
|
Jujur Vs Kebohongan |
|
Amsal 2:21-22 |
|
|
|
|
|
|
Setiap orang pasti pernah berbohong. Sebuah universitas mengadakan riset tentang kebohongan. Riset itu mengatakan bahwa 70% anak-anak telah berbohong sebelum mencapai usia 2,5 tahun. Sebelum 7 tahun, 100% anak-anak pernah berbohong. Riset juga mengatakan kepada siapa mereka berbohong. 86% kepada orangtua, 73% kepada saudara sekandung, 69% kepada suami/isteri, 81% berbohong tentang perasaannya dan 43% berbohong tentang keuangan dan pendapatannya.
Kebohongan bisa merembet menjadi sebuah penipuan, seperti cerita yang terjadi di sebuah restoran. Seorang ibu bersama seorang gadis kecil masuk ke sebuah restoran dan setelah makan pada waktu ke kasir ibu itu berkata, ’Aduh dompetku ketinggalan di mobil. Nak, kamu tunggu di sini dulu ya. Pak, saya mau mengambil dompet, titip anak saya ya, sebentar saya kembali.’ Tanpa menunggu jawaban dari sang kasir, si ibu segera berjalan keluar sambil membawa makanan yang telah dibungkus. Sang kasir menunggu sampai lama tetapi si ibu tidak juga datang, bahkan sampai lebih dari satu jam. Ketika itu kecurigaan mulai timbul di hati sang kasir dan akhirnya ia bertanya kepada anak itu. ’Nak, tadi mamamu memarkir mobilnya di mana?’ ’Dia bukan mama saya dan saya tidak mengenalnya. Tadi sewaktu saya berdiri di parkiran, ibu itu mengaj...selengkapnya » |
Setiap orang pasti pernah berbohong. Sebuah universitas mengadakan riset tentang kebohongan. Riset itu mengatakan bahwa 70% anak-anak telah berbohong sebelum mencapai usia 2,5 tahun. Sebelum 7 tahun, 100% anak-anak pernah berbohong. Riset juga mengatakan kepada siapa mereka berbohong. 86% kepada orangtua, 73% kepada saudara sekandung, 69% kepada suami/isteri, 81% berbohong tentang perasaannya dan 43% berbohong tentang keuangan dan pendapatannya.
Kebohongan bisa merembet menjadi sebuah penipuan, seperti cerita yang terjadi di sebuah restoran. Seorang ibu bersama seorang gadis kecil masuk ke sebuah restoran dan setelah makan pada waktu ke kasir ibu itu berkata, ’Aduh dompetku ketinggalan di mobil. Nak, kamu tunggu di sini dulu ya. Pak, saya mau mengambil dompet, titip anak saya ya, sebentar saya kembali.’ Tanpa menunggu jawaban dari sang kasir, si ibu segera berjalan keluar sambil membawa makanan yang telah dibungkus. Sang kasir menunggu sampai lama tetapi si ibu tidak juga datang, bahkan sampai lebih dari satu jam. Ketika itu kecurigaan mulai timbul di hati sang kasir dan akhirnya ia bertanya kepada anak itu. ’Nak, tadi mamamu memarkir mobilnya di mana?’ ’Dia bukan mama saya dan saya tidak mengenalnya. Tadi sewaktu saya berdiri di parkiran, ibu itu mengajak saya untuk makan di restoran ini,’ kata anak itu menjelaskan. Akhirnya kasir itu mengerti bahwa wanita itu adalah seorang penipu.
Sepertinya kebohongan telah merasuki hampir semua aspek kehidupan manusia, baik di rumah, di kantor, dalam pergaulan, bahkan di gereja pun kita menemukan ketidakjujuran. Banyak orang yang membela dirinya dengan cerita kebohongan, tetapi sesungguhnya ia tidak menyadari bahwa ia akan terus berada di bawah kuk kebohongan itu. Apakah dengan berbohong keadaan yang kita hadapi akan semakin baik? Tidak, kebohongan justru selalu akan memperburuk keadaan. Kebohongan yang tidak diselesaikan dengan pengakuan dan pertobatan akan menimbulkan masalah-masalah lainnya. Memang tidak mudah untuk menjadi pribadi yang jujur, tetapi Firman Tuhan mengharuskan kita untuk hidup jujur dan kenyataannya dunia sangat membutuhkan orang-orang yang jujur. Ingatlah janji Firman Tuhan yang mengatakan: ’Karena orang jujurlah akan mendiami tanah dan orang yang tak bercelalah yang akan tetap tinggal di situ.’
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|