|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Wujudkanlah sikap hormat kita kepada Allah dalam tindakan dan perilaku yang benar dan tidak bercela. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Kesalehan Yang Sejati |
|
Kesalehan Yang Sejati |
|
Rabu, 19 Oktober 2016 | Tema: Bertumbuh Dalam Segala Hal Ke Arah Kristus |
|
|
|
|
|
Kesalehan Yang Sejati |
|
Matius 6:1-18 |
|
|
|
|
|
|
Kesalehan adalah sikap pribadi yang tepat [rasa hormat] kepada Allah yang melahirkan tindakan-tindakan atau perilaku yang benar dan tidak bercela yang terpancar dari sikap tersebut. Secara kristiani, kesalehan merupakan buah dari iman kepada Yesus Kristus. Kesalehan sendiri sulit diukur karena bersifat batiniah. Orang lain cenderung menilai melalui apa yang nampak dan apa yang ditampilkan. Misalnya, seseorang yang rajin beribadah, berdoa, memiliki pemahaman tentang keagamaan akan cenderung dikatakan sebagai orang yang saleh atau paling tidak dikatakan lebih saleh dari yang lain. Seseorang yang tampil di mimbar dengan pakaian khusus layaknya pemimpim agama dan sering memperkatakan dan menjelaskan ayat-ayat suci akan dipandang sebagai seorang yang saleh. Intinya, ada kecenderngan menilai seseorang itu saleh atau tidak tergantung pada apa yang ditampilkannya.
Masalahnya penampilan atau apa yang nampak itu sangat mudah dimanipulasi. Apa yang ditampilkan di luar ternyata berbeda jauh atau bahkan bertolak belakang yang di dalam.. Bukankah banyak kasus terjadi seperti itu. Dinilai dan dipandang sebagai seorang yang saleh, bahkan menjadi seorang pemimpin spiritual, tetapi kemudian terkuak kebobrokannya. Bukan hanya pada saat ini saja hal itu terjadi, jauh sebelumnya, yaitu...selengkapnya » |
Kesalehan adalah sikap pribadi yang tepat [rasa hormat] kepada Allah yang melahirkan tindakan-tindakan atau perilaku yang benar dan tidak bercela yang terpancar dari sikap tersebut. Secara kristiani, kesalehan merupakan buah dari iman kepada Yesus Kristus. Kesalehan sendiri sulit diukur karena bersifat batiniah. Orang lain cenderung menilai melalui apa yang nampak dan apa yang ditampilkan. Misalnya, seseorang yang rajin beribadah, berdoa, memiliki pemahaman tentang keagamaan akan cenderung dikatakan sebagai orang yang saleh atau paling tidak dikatakan lebih saleh dari yang lain. Seseorang yang tampil di mimbar dengan pakaian khusus layaknya pemimpim agama dan sering memperkatakan dan menjelaskan ayat-ayat suci akan dipandang sebagai seorang yang saleh. Intinya, ada kecenderngan menilai seseorang itu saleh atau tidak tergantung pada apa yang ditampilkannya.
Masalahnya penampilan atau apa yang nampak itu sangat mudah dimanipulasi. Apa yang ditampilkan di luar ternyata berbeda jauh atau bahkan bertolak belakang yang di dalam.. Bukankah banyak kasus terjadi seperti itu. Dinilai dan dipandang sebagai seorang yang saleh, bahkan menjadi seorang pemimpin spiritual, tetapi kemudian terkuak kebobrokannya. Bukan hanya pada saat ini saja hal itu terjadi, jauh sebelumnya, yaitu pada masa Yesus Kristus pun sudah terjadi. Mereka adalah kelompok ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mereka seringkali menjadi sorotan Yesus Kristus karena kesalehan yang semu. Kesalehan seperti apa yang dikehendaki oleh Yesus Kristus?
Tuhan Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya untuk melakukan kewajiban keagamaan bukan supaya dilihat orang sehingga dipuji dan dihargai. Dia tidak menghendaki kewajiban keagamaan dilakukan untuk kepentingan diri sendiri dengan motivasi memuaskan ego belaka. Karena kesalehan hidup bukan sekedar melakukan praktek keagamaan tanpa maksud supaya diketahui orang, dipuji dan dihargai, mencari pengakuan, unjuk kebolehan, dan sebagainya, tetapi juga mengalahkan dan mematikan ego serta kepentingan diri sendiri. Melakukan segala sesuatu dengan ketulusan atas dorongan kasih kepada Allah dan sesama.
Jemaat Tuhan yang terkasih, mari kita membangun kesalehan hidup yang benar di mata Tuhan. Lakukanlah pelayanan kita dengan tulus atas dasar kasih. Kerjakanlah kegiatan-kegiatan kerohanian [ibadah, berdoa, berpuasa, membaca alkitab, dsb] bukan dengan motivasi mencari pujian untuk memuaskan ego semata. Praktekkanlah kebaikan-kebaikan sepenuhnya sebagai ucapan syukur kepada Tuhan dengan tujuan mendatangkan kemaslahatan bagi sesama. Dengan demikian hidup kita berkenan kepada Tuhan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|