|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Sudahkan kita memiliki hati yang mau untuk melakukan tindakan kasih? |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Mau Atau Tidak ? |
|
Mau Atau Tidak ? |
|
Kamis, 21 Maret 2019 |
|
|
|
|
|
Mau Atau Tidak ? |
|
Matius 8:1-3 |
|
|
|
|
|
|
Salah satu bahasa kasih dari Tuhan Yesus adalah sentuhan. Dengan sentuhan, Ia melakukan pekerjaan ajaib bagi orang-orang yang datang kepada-Nya. Ia memberikan sentuhan kasih kepada orang yang membutuhkan pertolongan. Otoritas Yesus tidak hanya nyata dalam hal mengajar saja, melainkan juga dalam menyembuhkan sakit penyakit. Tangan kasih kuasa Tuhan tidak terbatas pada satu golongan saja. Melainkan kepada semua orang yang ditemui-Nya.
Matius 8:1-3 menceritakan tentang orang yang menderita sakit kusta menghampiri Yesus. Pada waktu itu seorang yang sakit kusta dianggap orang yang terkena hukuman Allah karena dosa mereka. Sehingga menurut hukum Yahudi, mereka harus menjauhkan diri dari masyarakat dan tidak boleh berdekatan serta bersentuhan. Namun apa yang dilakukan oleh Yesus sangat bertentangan dengan apa yang orang Yahudi lakukan terhadap orang sakit kusta. Dalam ayat ke-2 kita melihat iman orang yang sakit kusta itu besar. Ia berkata “Tuan jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku”. Orang itu berkata ‘Jika Tuan mau”, kalimat ini memperlihatkan bahwa dia begitu percaya akan kuasa Tuhan Yesus. Tanpa keraguan sedikitpun ia datang kepada Yesus untuk meminta kesembuhan. Ia sadar dan percaya bahwa Yesus sanggup untuk menyembuhkannya. Kata “mau” yang ia lontar...selengkapnya » |
Salah satu bahasa kasih dari Tuhan Yesus adalah sentuhan. Dengan sentuhan, Ia melakukan pekerjaan ajaib bagi orang-orang yang datang kepada-Nya. Ia memberikan sentuhan kasih kepada orang yang membutuhkan pertolongan. Otoritas Yesus tidak hanya nyata dalam hal mengajar saja, melainkan juga dalam menyembuhkan sakit penyakit. Tangan kasih kuasa Tuhan tidak terbatas pada satu golongan saja. Melainkan kepada semua orang yang ditemui-Nya.
Matius 8:1-3 menceritakan tentang orang yang menderita sakit kusta menghampiri Yesus. Pada waktu itu seorang yang sakit kusta dianggap orang yang terkena hukuman Allah karena dosa mereka. Sehingga menurut hukum Yahudi, mereka harus menjauhkan diri dari masyarakat dan tidak boleh berdekatan serta bersentuhan. Namun apa yang dilakukan oleh Yesus sangat bertentangan dengan apa yang orang Yahudi lakukan terhadap orang sakit kusta. Dalam ayat ke-2 kita melihat iman orang yang sakit kusta itu besar. Ia berkata “Tuan jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku”. Orang itu berkata ‘Jika Tuan mau”, kalimat ini memperlihatkan bahwa dia begitu percaya akan kuasa Tuhan Yesus. Tanpa keraguan sedikitpun ia datang kepada Yesus untuk meminta kesembuhan. Ia sadar dan percaya bahwa Yesus sanggup untuk menyembuhkannya. Kata “mau” yang ia lontarkan menjadi kunci dari kesembuhan yang ia terima. Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya dan berkata “Aku mau, jadilah engkau tahir”. Kita melihat respon yang Allah berikan yaitu Ia mau agar orang sakit kusta itu sembuh.
Tuhan Yesus menunjukkan bahasa kasih-Nya melalui sentuhan kesembuhan bagi orang yang sakit kusta itu. Ia mau untuk menjamah orang itu sehingga kesembuhan terjadi. Yesus tidak memandang latar belakang dari orang tersebut. Yesus berbelas kasih kepada orang yang sakit kusta itu dan menyembuhkannya. Sebagai murid Kristus marilah kita juga memilik kemauan hati untuk berbelas kasih seperti yang Yesus lakukan. Memiliki belas kasih kepada setiap orang tanpa memandang ras, suku, agama dan pekerjaan orang lain. Sebab dengan demikian hidup kita akan menjadi berkat bagi semua orang dan nama Tuhan semakin dimuliakan melalui tindakan kita.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|