|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah [ 1 Petrus 4:10 ]. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Melayani Tanpa Batas |
|
Melayani Tanpa Batas |
|
Kamis, 05 Desember 2019 |
|
|
|
|
|
Melayani Tanpa Batas |
|
Lukas 17:7-10 |
|
|
|
|
|
|
David Livingstone lahir di kota Blantyre, Skotlandia tahun 1813, pada masa revolusi industri di Inggris. Di masa kecilnya dia harus bekerja di sebuah pemintalan kapas dengan gaji yang sangat sedikit. Dengan uang tabungannya dia bisa menyelesaikan studi di kedokteran. Sebagai seorang dokter dia terpanggil untuk pelayanan missi di Afrika bagian Selatan. Tantangan sangat berat untuk melayani masyarakat di sana. Mereka menolak kedatangan orang asing dan beberapa orang anggota team penginjilan mati dibunuh. Dia tidak menyerah, dia tetap melayani dengan merawat yang sakit, mengajar baca dan tulis. Dia tidak pernah mendapat ucapan terima kasih atas bantuan dan pelayanannya. Tangan yang cacat karena diserang oleh seekor singa tidak menyurutkan pelayanannya. Dia melayani tanpa ada batas sampai akhir hayatnya.
Seorang hamba bekerja seharian di ladang, membajak dan menggembalakan ternak tuannya. Pada malam hari ketika pulang dia tidak bisa langsung istirahat dan makan malam. Dia harus melayani keluarga tuannya, menyiapkan makan malam bagi mereka. Setelah mereka selesai makan malam dan beristirahat, dia bisa beristirahat dan makan malam. Tidak pernah ada ucapan terima kasih ya...selengkapnya » |
David Livingstone lahir di kota Blantyre, Skotlandia tahun 1813, pada masa revolusi industri di Inggris. Di masa kecilnya dia harus bekerja di sebuah pemintalan kapas dengan gaji yang sangat sedikit. Dengan uang tabungannya dia bisa menyelesaikan studi di kedokteran. Sebagai seorang dokter dia terpanggil untuk pelayanan missi di Afrika bagian Selatan. Tantangan sangat berat untuk melayani masyarakat di sana. Mereka menolak kedatangan orang asing dan beberapa orang anggota team penginjilan mati dibunuh. Dia tidak menyerah, dia tetap melayani dengan merawat yang sakit, mengajar baca dan tulis. Dia tidak pernah mendapat ucapan terima kasih atas bantuan dan pelayanannya. Tangan yang cacat karena diserang oleh seekor singa tidak menyurutkan pelayanannya. Dia melayani tanpa ada batas sampai akhir hayatnya.
Seorang hamba bekerja seharian di ladang, membajak dan menggembalakan ternak tuannya. Pada malam hari ketika pulang dia tidak bisa langsung istirahat dan makan malam. Dia harus melayani keluarga tuannya, menyiapkan makan malam bagi mereka. Setelah mereka selesai makan malam dan beristirahat, dia bisa beristirahat dan makan malam. Tidak pernah ada ucapan terima kasih yang diterimanya. Seorang hamba yang melayani tanpa batas, tidak memperhitungkan waktu dan kepentingan pribadi. Yesus menginginkan umatnya melakukan tugas dan pelayanan seperti hamba yang tidak mencari keuntungan bagi dirinya.
Ketika kita melayani pekerjaan Tuhan atau melayani sesama, tidak pernah ada ucapan terima kasih yang kita dengar. Acap kali kritikan, celaan, tuduhan yang diterima padahal kita telah berkorban waktu, tenaga, pikiran dan materi. Apakah hal itu membuat kita meninggalkan pelayanan? Ingatlah kita adalah hamba yang melayani tanpa batas dan tidak mencari keuntungan. Marilah kita tetap melayani apapun yang terjadi karena Kristus teladan kita, melayani di tengah penderitaan sampai mati di kayu salib.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|