|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Janganlah keterbatasan menjadi alasan untuk tidak memberi. |
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Ibu Rini Handoyo |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Memberi Dari Kekurangan |
|
Memberi Dari Kekurangan |
|
Senin, 21 Agustus 2017 |
|
|
|
|
|
Memberi Dari Kekurangan |
|
Markus 12:41-44 |
|
|
|
|
|
|
Suara gesekan biola itu terasa aneh dan merusak suara lagu yang sedang diputar. Ya, di warung yang sederhana, diputar lagu-lagu untuk menghibur para pengunjung. Dan Bapak tua itu dengan gesekan biolanya “menimpa” dengan maksud memperindah lagunya. Sayang sekali, lagu yang tengah diputar tidak menjadi lebih indah tapi menjadi agak kacau karena kemampuan si Bapak dalam menggesek biola minim sekali. Awalnya telinga saya agak terganggu dengan suara lagu yang menjadi aneh itu, tapi mau tidak mau saya harus tetap mendengar, demi menghormati si Bapak pengamen biola.
Telinga saya memang tidak bisa menerima, tapi lama-lama hati saya mulai merasa iba dan mulai timbul kekaguman pada si Bapak pengamen biola. Bagaimana tidak, meski fisik tidak muda lagi dan kemampuan bermain biola yang sangat minim, beliau pergunakan untuk mencari nafkah. Terpaan angin dingin, basah kuyub karena hujan dan penghasilan yang tidak seberapa, tidak menyurutkan semangatnya untuk terus bekerja demi keluarga. Saya jadi merasa malu membandingkan dengan kehidupan saya. Situasi hidup saya jauh lebih baik dari si Bapak pengamen biola itu, tetapi semangat...selengkapnya » |
Suara gesekan biola itu terasa aneh dan merusak suara lagu yang sedang diputar. Ya, di warung yang sederhana, diputar lagu-lagu untuk menghibur para pengunjung. Dan Bapak tua itu dengan gesekan biolanya “menimpa” dengan maksud memperindah lagunya. Sayang sekali, lagu yang tengah diputar tidak menjadi lebih indah tapi menjadi agak kacau karena kemampuan si Bapak dalam menggesek biola minim sekali. Awalnya telinga saya agak terganggu dengan suara lagu yang menjadi aneh itu, tapi mau tidak mau saya harus tetap mendengar, demi menghormati si Bapak pengamen biola.
Telinga saya memang tidak bisa menerima, tapi lama-lama hati saya mulai merasa iba dan mulai timbul kekaguman pada si Bapak pengamen biola. Bagaimana tidak, meski fisik tidak muda lagi dan kemampuan bermain biola yang sangat minim, beliau pergunakan untuk mencari nafkah. Terpaan angin dingin, basah kuyub karena hujan dan penghasilan yang tidak seberapa, tidak menyurutkan semangatnya untuk terus bekerja demi keluarga. Saya jadi merasa malu membandingkan dengan kehidupan saya. Situasi hidup saya jauh lebih baik dari si Bapak pengamen biola itu, tetapi semangat dalam menjalani hidup, semangat dalam bekerja, dalam pelayanan masih jauh dari si Bapak.
Seringkali yang sederhana dan serba minim, dipakai Tuhan untuk menempelak kita, seperti ketika Tuhan Yesus mengatakan, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.” Tuhan menegaskan bahwa janganlah kekurangan kita menjadi penghalang dalam kita memberi ataupun dalam melakukan segala hal yang baik. Dengan kelebihan kita bisa memberi dengan leluasa, dengan kekuranganpun seharusnya kita bisa memberi. Memberi waktu dan perhatian buat keluarga, atau teman yang membutuhkan dan untuk pelayanan di tengah-tengah minimnya waktu yang kita miliki. Memberi berkat kepada yang membutuhkan, buat pekerjaan Tuhan, meski kondisi finansial kita pas-pasan.
Jangan patah semangat dan rendah diri ketika kita tidak bisa memberi sebanyak orang lain. Tetaplah bersyukur dengan segala keterbatasan yang ada, dan jangan jadikan keterbatasan sebagai alasan untuk tidak memberi, tetap semangat memberi yang terbaik dari apa yang ada pada kita.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|