|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Hendaklah hidup kita mampu menghasilkan buah dalam segala keadaan sehingga memberkati setiap orang yang membutuhkan. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Memberkati Saat Tidak Memungkinkan |
|
Memberkati Saat Tidak Memungkinkan |
|
Selasa, 19 Februari 2019 |
|
|
|
|
|
Memberkati Saat Tidak Memungkinkan |
|
Markus 11:12-14 |
|
|
|
|
|
|
Pagi itu saya dibuat heran oleh tetangga. Karena pohon klengkeng yang baru satu kali berbuah di cabut dari potnya. Setelah saya tanya mengapa di cabut, dia menjawab bahwa pohon itu akan di tanam langsung ke tanah tanpa menggunakan pot. Saya lebih heran lagi ketika dia akan menanamnya kembali, ternyata semua akar-akarnya di potong. Alasan dia memotongi akar itu, katanya agar cepat subur, tidak tumbuh tinggi tapi berbuah lebat. Namun apa yang terjadi ? sebulan kemudian pohon kelengkeng itu sudah tidak berdaun dan mati.
Peristiwa di atas mengingatkan saya ketika Yesus berjumpa dengan pohon ara. Saat Yesus melihatnya dan tidak menemukan apa-apa yang dapat di makan dari pohon itu, maka dikutuknya pohon itu. Dari ayat nas di atas kita baca sepintas, kesimpulan kita adalah Tuhan kok begitu tega dan tidak berperasaan sehingga Ia mengutuk pohon ara itu. Ketika itu Yesus baru saja meninggalkan Betania dengan kedua belas muridNya. Di tengah perjalanan Ia merasa lapar, ” Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di s...selengkapnya » |
Pagi itu saya dibuat heran oleh tetangga. Karena pohon klengkeng yang baru satu kali berbuah di cabut dari potnya. Setelah saya tanya mengapa di cabut, dia menjawab bahwa pohon itu akan di tanam langsung ke tanah tanpa menggunakan pot. Saya lebih heran lagi ketika dia akan menanamnya kembali, ternyata semua akar-akarnya di potong. Alasan dia memotongi akar itu, katanya agar cepat subur, tidak tumbuh tinggi tapi berbuah lebat. Namun apa yang terjadi ? sebulan kemudian pohon kelengkeng itu sudah tidak berdaun dan mati.
Peristiwa di atas mengingatkan saya ketika Yesus berjumpa dengan pohon ara. Saat Yesus melihatnya dan tidak menemukan apa-apa yang dapat di makan dari pohon itu, maka dikutuknya pohon itu. Dari ayat nas di atas kita baca sepintas, kesimpulan kita adalah Tuhan kok begitu tega dan tidak berperasaan sehingga Ia mengutuk pohon ara itu. Ketika itu Yesus baru saja meninggalkan Betania dengan kedua belas muridNya. Di tengah perjalanan Ia merasa lapar, ” Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara.” [Markus 11:13]. Di sini jelaslah bahwa waktu itu memang bukan musim pohon ara berbuah. Jadi logikanya ketika Yesus mengutuk pohon ara itu terkesan berlebihan.
Namun ada hal penting yang harus dipahami setiap orang percaya. Tuhan menuntut sesuatu yang secara manusia mustahil yaitu berbuah di musim tidak berbuah. Apa maksudnya? Bila kita melihat dan menilai segala sesuatu dengan pikiran kita, maka semuanya serba terbatas, lebih-lebih untuk dapat memahami kehendak Tuhan dalam hidup kita. Ketika kita sedang berdukacita dan dalam penderitaan, firman Tuhan justru menyuruh kita untuk mengucap syukur dan tetap bersukacita; ketika ada orang yang menyakiti dan membenci kita, Dia justru memerintahkan kita untuk mengasihi, mengampuni dan memberkati mereka, seperti tertulis, “Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” [Matius 5:39]; ketika sedang dalam kekurangan, Dia malah memerintahkan kita untuk memberi, “Berilah dan kamu akan diberi:” [Lukas 6:38.], sedangkan cara hidup dunia “menerima dulu, baru memberi”. Itulah yang dimaksud dengan berbuah di musim tidak berbuah.
Sebagai orang percaya Allah, Yesus menghendaki kehidupan kita tetap menghasilkan buah. Dalam kondisi apapun kita harus siap menghasilkan buah yang mampu menjadi berkat bagi sekitar kita. Mungkin saat ini kehidupan kita hanya dipenuhi dengan daun-daun aktivitas atau kegiatan di dalam gereja, sedangkan buah-buah pelayanan itu sama sekali tidak nampak alias tidak ada hasilnya. Yang dikehendaki Tuhan adalah kekristenan yang terus mengalami pertumbuhan dan menghasilkan buah.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|