|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Alami Tuhan dalam setiap persekutuan kita dengan-Nya, dalam rencana dan proses yang telah Tuhan tetapkan.
|
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Dkn. Rachmat Sugianto |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Mengalami Tuhan |
|
Mengalami Tuhan |
|
Jumat, 10 Februari 2017 |
|
|
|
|
|
Mengalami Tuhan |
|
1 Raja-Raja 19:11-18 |
|
|
|
|
|
|
Di sebuah kampung kadang ada keanehan dan kelucuan terjadi, khususnya dalam hal melangsungkan pernikahan. Biasanya pasangan yang akan melangsungkan pernikahan yang memiliki perbedaan agama akan mengikuti keyakinan salah satu pihak, sehingga secara agama dinyatakan sah dan kemudian bisa melanjutkan proses secara hukum ke pemerintah. Namun hal yang sangat berbeda pernah terjadi, yaitu kedua orang calon mempelai memiliki kepercayaan yang berbeda, lucunya mereka tidak melangsungkan pernikahan dengan salah satu tatacara kepercayaan mereka. Tetapi justru memilih kepercayaan yang berbeda dari keduanya. Mereka tidak tahu-menahu tentang kepercayaan yang menjadi landasan pernikahannya. Dalam pikiran mereka yang penting nikah.
Ilustrasi tersebut menggambarkan bahwa dunia yang semakin modern menjadikan sebagian orang merasa tidak penting bagaimana melandasi kehidupan sebuah keluarga dengan landasan yang jelas. Seseorang tidak perlu mengalami Tuhan dalam kehidupannya secara pribadi untuk mendapatkan suatu yang mereka anggap sebagai “kebahagiaan”. Proses yang seharusnya dilewati untuk mencapai tujuan, dilalui secara instan. Semakin banyak orang meninggalkan kepercayaan dengan mudah untuk mendapatkan sesuatu yang mereka anggap lebih penting. Kepercayaan kepada Tuhan yang man...selengkapnya » |
Di sebuah kampung kadang ada keanehan dan kelucuan terjadi, khususnya dalam hal melangsungkan pernikahan. Biasanya pasangan yang akan melangsungkan pernikahan yang memiliki perbedaan agama akan mengikuti keyakinan salah satu pihak, sehingga secara agama dinyatakan sah dan kemudian bisa melanjutkan proses secara hukum ke pemerintah. Namun hal yang sangat berbeda pernah terjadi, yaitu kedua orang calon mempelai memiliki kepercayaan yang berbeda, lucunya mereka tidak melangsungkan pernikahan dengan salah satu tatacara kepercayaan mereka. Tetapi justru memilih kepercayaan yang berbeda dari keduanya. Mereka tidak tahu-menahu tentang kepercayaan yang menjadi landasan pernikahannya. Dalam pikiran mereka yang penting nikah.
Ilustrasi tersebut menggambarkan bahwa dunia yang semakin modern menjadikan sebagian orang merasa tidak penting bagaimana melandasi kehidupan sebuah keluarga dengan landasan yang jelas. Seseorang tidak perlu mengalami Tuhan dalam kehidupannya secara pribadi untuk mendapatkan suatu yang mereka anggap sebagai “kebahagiaan”. Proses yang seharusnya dilewati untuk mencapai tujuan, dilalui secara instan. Semakin banyak orang meninggalkan kepercayaan dengan mudah untuk mendapatkan sesuatu yang mereka anggap lebih penting. Kepercayaan kepada Tuhan yang mana tidak lagi menjadi fokus dan sentral dalam melewati perjalanan kehidupan. Lantas bagaimanakan dengan kita sebagai orang yang percaya? Masihkah kita mengalami Tuhan sebagai titik pusat kehidupan kita sebagai murid Kristus?
Kisah perjalanan Elia menuju ke gunung Horeb karena ia melarikan diri dari kejaran Izebel, istri Raja Ahab yang hendak membunuhnya. Di tengah-tengah keletihannya, ia berseru kepada Tuhan, apa yang harus ia kerjakan. Namun Tuhan tidak memberikan jawabannya secara langsung. Tuhan menyuruh Elia berdiri di atas gunung. Maka terjadilah angin besar dan kuat, lalu gempa bumi, dan api. Namun Tuhan tidak ada di situ. Sesudah itu barulah bunyi angin sepoi-sepoi basah, dan segera Elia mendengar suara Tuhan. Ia mengalami Tuhan secara pribadi dan ia mendapatkan pesan dan perintah untuk tetap melanjutkan perjalanannya.
Jemaat yang terkasih, mari kita belajar untuk terus mengalami Tuhan melalui proses yang telah dibuat-Nya. Tuhan selalu menyatakan kehadiran-Nya tatkala kita telah siap membuka hati dan hidup kita untuk mengalami-Nya. Tuhan selalu membawa kita dalam setiap persekutuan-Nya ketika kita merendahkan hati dan siap mendengar suara-Nya.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|