|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Seperti seorang ayah yang tanpa diminta selalu menyediakan semua yang baik bagi anak-anaknya, demikian juga Bapa Surgawi tahu semua keperluan anak-anak-Nya [Matius 6:32]. Jadi kita tidak perlu menuntut dan ‘mengklaim’. |
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Bp. Gunawan Laksmana |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Motif Yang Benar Melayani Tuhan |
|
Motif Yang Benar Melayani Tuhan |
|
Jumat, 09 Juni 2017 |
|
|
|
|
|
Motif Yang Benar Melayani Tuhan |
|
Lukas 17:7-10; 1 Korintus 9:18 |
|
|
|
|
|
|
Pelayanan yang benar adalah buah dari pendewasaan rohani yang melahirkan jiwa hamba seperti Yesus. Pelayanan kepada Tuhan adalah semua tindakan, baik yang dipikirkan, diucapkan dan dilakukan yang sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan. Pelayanan tidak dimulai dari kegiatan dalam lingkungan gereja. Pelayanan dimulai dari sikap hati dan cara berpikir serta gaya hidup atau perilaku yang selalu sesuai dengan keinginan Tuhan setiap hari. Dengan demikian dapat sungguh-sungguh memuaskan atau menyenangkan hati Bapa dan Tuhan Yesus Kristus. Pusat kegiatan pelayanan orang percaya bukan di lingkungan gereja, tetapi di aktivitas hidup sehari-hari: di rumah tangga, di sekolah, di kampus universitas, di toko, di kantor, di pasar, di ladang, dll.
Dalam ayat-ayat tersebut tidak tersirat adanya upah sebagai motivasi seseorang melakukan tugas atau kewajiban yang diberikan. Kita tidak boleh mengharapkan atau menantikan upah dalam pelayanan pekerjaan Tuhan. Seperti juga rasul Paulus menyatakan dalam 1 Korintus 9:18, upah [yang berkaitan dengan kebutuhan jasmani] tidak boleh menjadi dorongan dalam pelayanan. Bahkan dia menganggap bahwa melayani/memberitakan Injil tanpa upah adalah suatu ...selengkapnya » |
Pelayanan yang benar adalah buah dari pendewasaan rohani yang melahirkan jiwa hamba seperti Yesus. Pelayanan kepada Tuhan adalah semua tindakan, baik yang dipikirkan, diucapkan dan dilakukan yang sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan. Pelayanan tidak dimulai dari kegiatan dalam lingkungan gereja. Pelayanan dimulai dari sikap hati dan cara berpikir serta gaya hidup atau perilaku yang selalu sesuai dengan keinginan Tuhan setiap hari. Dengan demikian dapat sungguh-sungguh memuaskan atau menyenangkan hati Bapa dan Tuhan Yesus Kristus. Pusat kegiatan pelayanan orang percaya bukan di lingkungan gereja, tetapi di aktivitas hidup sehari-hari: di rumah tangga, di sekolah, di kampus universitas, di toko, di kantor, di pasar, di ladang, dll.
Dalam ayat-ayat tersebut tidak tersirat adanya upah sebagai motivasi seseorang melakukan tugas atau kewajiban yang diberikan. Kita tidak boleh mengharapkan atau menantikan upah dalam pelayanan pekerjaan Tuhan. Seperti juga rasul Paulus menyatakan dalam 1 Korintus 9:18, upah [yang berkaitan dengan kebutuhan jasmani] tidak boleh menjadi dorongan dalam pelayanan. Bahkan dia menganggap bahwa melayani/memberitakan Injil tanpa upah adalah suatu hak istimewa yang diterimanya.
Alasannya adalah kita telah berhutang nyawa, berhutang keselamatan kepada Tuhan Yesus. Hutang ini tidak dapat kita bayar dengan apapun. Diperkenan melayani Tuhan merupakan kehormatan yang luar biasa. Meskipun kewajiban melayani Tuhan melekat pada diri umat tebusan, namun Tuhan tidak pernah melupakan “pengorbanan” orang-orang yang melayani Tuhan dengan motif yang benar. Tuhan tetap memperhitungkan dengan teliti dan memberi upah di dalam Kerajaan-Nya [Lukas 22:28-30]. Inilah berkat abadi yang tidak ternilai yang Tuhan sediakan.
Jadi melayani Tuhan dengan motif yang benar adalah kesempatan membalas kebaikan Tuhan, suatu ekspresi cinta kita kepada Tuhan dan pasti suatu hari nanti kita akan menuai apa yang kita tabur. Kewajiban melayani Tuhan harus kita terima sebagai suatu kehormatan, sehingga kita melakukannya bukan sebagai tugas, tapi sebagai hak istimewa yang membangkitkan kesukaan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|