Kamis, 04 Agustus 2016 | Tema: Diperlengkapi Untuk Membangun Tubuh Kristus
Nasi Tiwul
Roma 12:6-8
Segunduk nasi putih, hangat mengepul, tersaji di meja makan sederhana di depan saya. Ada tohokan di hati yang membuat saya terdiam. Seharusnya keluarga teman saya yang sederhana itu tak perlu memaksa diri menjamu saya semewah ini. Waktu itu di kalangan penduduk Wonosari yang terpencil, nasi putih hanya dihidangkan di saat-saat istimewa. Sehari-hari mereka mengkonsumsi nasi tiwul yang berbahan dasar gaplek.
Dengan menginap di situ saya ingin ikut merasakan kesulitan hidup di desa terpencil yang selalu mengalami kekeringan. Membasuh tubuh hanya dengan dua gayung air, itu pun setelah berjalan cukup jauh dari rumah penduduk. Bergelap-gelap selepas petang sampai pagi, karena daerahnya belum terjangkau listrik. Pengalaman itu benar-benar berharga buat saya.
Sayang sekali pagi itu nasi tiwul yang saya harapkan tak kunjung muncul. Sebagai gantinya adalah sebakul kecil nasi putih yang masih mengepul. Ada rasa kecewa yang saya simpan dalam-dalam. Saya menghargai keluarga sederh...selengkapnya »
Segunduk nasi putih, hangat mengepul, tersaji di meja makan sederhana di depan saya. Ada tohokan di hati yang membuat saya terdiam. Seharusnya keluarga teman saya yang sederhana itu tak perlu memaksa diri menjamu saya semewah ini. Waktu itu di kalangan penduduk Wonosari yang terpencil, nasi putih hanya dihidangkan di saat-saat istimewa. Sehari-hari mereka mengkonsumsi nasi tiwul yang berbahan dasar gaplek.
Dengan menginap di situ saya ingin ikut merasakan kesulitan hidup di desa terpencil yang selalu mengalami kekeringan. Membasuh tubuh hanya dengan dua gayung air, itu pun setelah berjalan cukup jauh dari rumah penduduk. Bergelap-gelap selepas petang sampai pagi, karena daerahnya belum terjangkau listrik. Pengalaman itu benar-benar berharga buat saya.
Sayang sekali pagi itu nasi tiwul yang saya harapkan tak kunjung muncul. Sebagai gantinya adalah sebakul kecil nasi putih yang masih mengepul. Ada rasa kecewa yang saya simpan dalam-dalam. Saya menghargai keluarga sederhana yang berupaya keras menjamu tamunya, namun saya akan jauh lebih senang jika diijinkan menikmati nasi tiwul sederhana seperti yang biasa mereka makan. Tidak selamanya nasi putih lebih berharga daripada nasi tiwul.
Seperti kondisi hidup manusia yang bermacam-macam, karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada anggota-anggota Tubuh-Nya juga beragam. Masing-masing orang diberi karunia yang khas. Tidak perlu besar kepala atau berkecil hati karena semua karunia itu berharga dan bersumber dari Tuhan.
Bila Tuhan memberi karunia-karunia yang sederhana, layanilah Ia dengan kesederhanaan. Tak usah berkecil hati atau iri dengan yang lain dan memaksa diri untuk melakukan hal yang kita tak bisa. Tuhan ingin kita melayani sesuai dengan karunia yang Ia berikan. Tidak ada hal yang terlalu remeh bagi-Nya. Tuhan selalu menghargai setiap hal yang kita kerjakan untuk-Nya.