|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Bukan kehebatan kita yang terpenting, tapi kedahsyatan kesatuan Tubuh Kristus-lah yang utama. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Pecatur Terbaik Dunia |
|
Pecatur Terbaik Dunia |
|
Sabtu, 20 Agustus 2016 | Tema: Diperlengkapi Untuk Membangun Tubuh Kristus |
|
|
|
|
|
Pecatur Terbaik Dunia |
|
Efesus 4:3-6 |
|
|
|
|
|
|
Jenderal Tso adalah pecatur yang sangat handal, nyaris tak ada yang mampu mengalahkannya. Suatu hari dalam perjalanan dinasnya, ia melihat sebuah gubuk yang di dindingnya tergantungtulisan “Pecatur Terbaik Dunia”. Hal ini membuat sang Jenderal penasaran. Segera dihampirinya gubuk itu dan menantang pemiliknya untuk adu catur. Terbukti sang Jenderal mampu memenangkan seluruh set yang mereka mainkan. Sebelum melanjutkan perjalanan, dengan menepuk dada ia berkata, ” Anda harus mencopot papan itu.’
Tak lama berselang, dalam perjalanan pulang sang Jenderal kembali melewati gubuk itu dan mendapati bahwa papan “Pecatur Terbaik Dunia” belum dicopot juga. Maka masuklah ia dan menantang pemilik gubuk itu sekali lagi. Namun kali ini tanpa diduga ia kalah telak tiga set berturut-turut.
Sang Jenderal terperangah tak habis pikir. Lalu pemilik gubuk itu menjelaskan,“ Di pertandingan pertama, saya tahu Anda sedang dalam perjalanan mengemban tugas negara. Maka saya membi...selengkapnya » |
Jenderal Tso adalah pecatur yang sangat handal, nyaris tak ada yang mampu mengalahkannya. Suatu hari dalam perjalanan dinasnya, ia melihat sebuah gubuk yang di dindingnya tergantungtulisan “Pecatur Terbaik Dunia”. Hal ini membuat sang Jenderal penasaran. Segera dihampirinya gubuk itu dan menantang pemiliknya untuk adu catur. Terbukti sang Jenderal mampu memenangkan seluruh set yang mereka mainkan. Sebelum melanjutkan perjalanan, dengan menepuk dada ia berkata, ” Anda harus mencopot papan itu.’
Tak lama berselang, dalam perjalanan pulang sang Jenderal kembali melewati gubuk itu dan mendapati bahwa papan “Pecatur Terbaik Dunia” belum dicopot juga. Maka masuklah ia dan menantang pemilik gubuk itu sekali lagi. Namun kali ini tanpa diduga ia kalah telak tiga set berturut-turut.
Sang Jenderal terperangah tak habis pikir. Lalu pemilik gubuk itu menjelaskan,“ Di pertandingan pertama, saya tahu Anda sedang dalam perjalanan mengemban tugas negara. Maka saya membiarkan Anda menang untuk menjaga semangat juang Anda. Tapi kini Anda telah kembali dengan sukses, maka saya pun bertanding sesuai dengan kemampuan saya.”
Seorang maestro menahan diri sedemikian rupa. Rela dipandang sebelah mata demi kejayaan negaranya. Satu sikap bijak yang langka didapati dalam dunia yang serba berebut untuk menonjolkan diri dan mementingkan diri sendiri. Adakah kualitas seperti ini didapati di antara anggota Tubuh Kristus? Rela mengesampingkan kebanggaan pribadi demi mengutamakan pembangunan Tubuh Kristus secara keseluruhan?
Selama anggota Tubuh Kristus masih bersikukuh menjunjung kebanggaan pribadi masing-masing, maka pembangunan Tubuh Kristus akan tersendat-sendat. Seorang maestro sejati memiliki kemampuan untuk menang, namun tahu kapan ia perlu mengalah untuk kebaikan. Seorang anak Tuhan yang bijaksana mampu untuk berkarya hebat, namun tahu kapan ia harus menahan diri dan menyesuaikan diri, demi kepentingan dan kemajuan bersama.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|