|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Tuhan menempa pribadi kita masing-masing dengan cara yang berbeda, namun percayalah, tujuan akhirnya adalah sempurna seperti Bapa di surga. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Perempuan Perkasa |
|
Perempuan Perkasa |
|
Rabu, 28 Februari 2018 |
|
|
|
|
|
Perempuan Perkasa |
|
Roma 8:18-30 |
|
|
|
|
|
|
Perempuan ceking berambut panjang lebat itu berlangganan menyambangi lapangan Simpanglima Semarang. Hampir tiap akhir pekan, seorang diri dia ’bergerilya’ di sana. Orang-orang yang dihampirinya adalah kaum LGBT [lesbian, gay, biseksual, transgender] dan mereka yang sedang terpekur tanpa pengharapan. Kepada mereka itulah perempuan bersuara lantang ini menyodorkan ’tantangan’ untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat.
Itu terjadi sekitar 20 tahun yang lalu. Kala ruang gerak untuk bersaksi secara terbuka di tempat umum masih relatif leluasa. Pertama kali saya mengenal teman yang satu ini, dia punya pandangan dan sikap yang sangat frontal, serta menganggap cara yang dipakainya adalah yang terbaik. Di luar metode itu, tak ada yang benar.
Ketika Tuhan menempatkannya dalam posisi kerja yang baru, yang membuatnya harus banyak berurusan dengan ’dunia malam’ dan ’dunia hitam’, serta tak bisa menerapkan model bersaksi yang ’frontal’ seperti sebelumnya .....selengkapnya » |
Perempuan ceking berambut panjang lebat itu berlangganan menyambangi lapangan Simpanglima Semarang. Hampir tiap akhir pekan, seorang diri dia ’bergerilya’ di sana. Orang-orang yang dihampirinya adalah kaum LGBT [lesbian, gay, biseksual, transgender] dan mereka yang sedang terpekur tanpa pengharapan. Kepada mereka itulah perempuan bersuara lantang ini menyodorkan ’tantangan’ untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat.
Itu terjadi sekitar 20 tahun yang lalu. Kala ruang gerak untuk bersaksi secara terbuka di tempat umum masih relatif leluasa. Pertama kali saya mengenal teman yang satu ini, dia punya pandangan dan sikap yang sangat frontal, serta menganggap cara yang dipakainya adalah yang terbaik. Di luar metode itu, tak ada yang benar.
Ketika Tuhan menempatkannya dalam posisi kerja yang baru, yang membuatnya harus banyak berurusan dengan ’dunia malam’ dan ’dunia hitam’, serta tak bisa menerapkan model bersaksi yang ’frontal’ seperti sebelumnya ... dia terhenyak dan matanya mulai terbuka. Si perempuan perkasa yang selama ini meremehkan metode orang lain, akhirnya harus mengakui bahwa ada bermacam-macam cara untuk menyampaikan kesaksian hidup.
Saat Tuhan kembali mengizinkan kejutan besar terjadi dengan kesehatannya, diabelajar lebih banyak lagi tentang arti hidup dan arti berbagi hidup. Dalam usia yang relatif muda dan belum menikah, dia harus bergulat dengan kanker payudara. Dan kondisi itu menempanya menjadi pribadi yang makin disempurnakan. Dia semakin meyakini bahwa segala sesuatu yang diizinkan Tuhan terjadi di dalam hidupnya semata-mata membawa kebaikan bagi dirinya dan orang-orang yang berhubungan dengan dia [Roma 8:28].
Sampai saat ini teman-teman dan saya tetap mengenalnya sebagai seorang perempuan yang perkasa. Dia kokoh memegang iman. Peduli dengan keselamatan jiwa-jiwa. Konsisten mencari cara untuk membagi kesaksian hidup. Yang berubah dalam dirinya adalah kematangan dan kebijaksanaannya. Dia semakin menghargai orang lain dan tak lagi membabi-buta dalam bertindak dan bersikap.
Sungguh Tuhan peduli dengan perkembangan setiap anak-Nya. Masing-masing dibentuk-Nya dengan seksama, dengan cara yang berbeda-beda, namun tujuan akhirnya sama-sama mengarah kepada kesempurnaan. Sama seperti Bapa kita yang di surga adalah sempurna.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|