|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Kehidupan anak Tuhan yang berpola pikir Kristus memiliki cara berpikir dan pola hidup yang berbeda dengan orang dunia dan orang kristen yang tidak mau tumbuh dewasa. Untuk itu kita harus setiap hari mengalami proses pembaharuan pikiran yang dimulai sedini mungkin. |
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Bp. Gunawan Laksmana |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Pola Pikir Yang Benar Seorang Anak Tuhan |
|
Pola Pikir Yang Benar Seorang Anak Tuhan |
|
Selasa, 22 Mei 2018 |
|
|
|
|
|
Pola Pikir Yang Benar Seorang Anak Tuhan |
|
Amsal 23:7, Pilipi 2:5-11 |
|
|
|
|
|
|
Dalam hidup ini pikiran seseorang akan menentukan perasaan dan kehendak serta perbuatannya. Contoh: pikiran yang penuh dengan kekuatiran akan diikuti perasaan takut/cemas dan berpengaruh terhadap tindakannya sehari-hari. Pikiran bahwa dirinya orang penting dan harus dihormati orang lain akan membawa perasaan tinggi hati dan berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya. Amsal mengingatkan bahwa bahwa apa yang dipikirkan seseorang itu menentukan keberadaannya, “For as he thinks in his heart, so is he”, “you are what you think”. [Amsal 23:7]
Demikian juga dalam kehidupan iman, pola pikir yang ada dalam diri anak Tuhan juga akan menentukan keberadaannya di hadapan Tuhan. Rasul Paulus menasihatkan supaya kita menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus [Pilipi 2:5]. Jadi pola pikir anak Tuhan harus seperti pola pikir Tuhan Yesus, yang dilandasi oleh kesediaan mengosongkan diri, merendahkan diri dan taat mutlak kepada Bapa. Yang diutamakan adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya [Yohanes 4:34]. Gaya hidup seperti ini yang rasul Paulus maksudkan dengan pola hidup yang berpadanan dengan Injil [Pilipi 1:27]. Injil adalah module khusus bagi anak Tuhan yang telah diajarkan dan diteladankan oleh Tuhan Yesus. Jelas pola pikir...selengkapnya » |
Dalam hidup ini pikiran seseorang akan menentukan perasaan dan kehendak serta perbuatannya. Contoh: pikiran yang penuh dengan kekuatiran akan diikuti perasaan takut/cemas dan berpengaruh terhadap tindakannya sehari-hari. Pikiran bahwa dirinya orang penting dan harus dihormati orang lain akan membawa perasaan tinggi hati dan berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya. Amsal mengingatkan bahwa bahwa apa yang dipikirkan seseorang itu menentukan keberadaannya, “For as he thinks in his heart, so is he”, “you are what you think”. [Amsal 23:7]
Demikian juga dalam kehidupan iman, pola pikir yang ada dalam diri anak Tuhan juga akan menentukan keberadaannya di hadapan Tuhan. Rasul Paulus menasihatkan supaya kita menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus [Pilipi 2:5]. Jadi pola pikir anak Tuhan harus seperti pola pikir Tuhan Yesus, yang dilandasi oleh kesediaan mengosongkan diri, merendahkan diri dan taat mutlak kepada Bapa. Yang diutamakan adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya [Yohanes 4:34]. Gaya hidup seperti ini yang rasul Paulus maksudkan dengan pola hidup yang berpadanan dengan Injil [Pilipi 1:27]. Injil adalah module khusus bagi anak Tuhan yang telah diajarkan dan diteladankan oleh Tuhan Yesus. Jelas pola pikir dan gaya hidup deperti ini sangat berbeda sekali dengan yang dimiliki anak-anak dunia, seperti perbedaan antara gandum dan lalang.
Untuk memiliki pola pikir seperti tersebut di atas tidak mudah, diperlukan pembaharuan pikiran setiap hari melalui pembelajaran kebenaran Injil yang murni oleh pertolongan Roh Kudus [Roma 12 : 2]. Sebagaimana rasul Petrus menyatakan bahwa pola pikir kita dikuduskan oleh ketaatan kepada kebenaran/Injil [I Petrus 1:22].
Akan dialami realitas bahwa seorang anak Tuhan yang mengenakan pola pikir Kristus akan mengalami “kesulitan untuk akrab” dengan orang-orang yang tidak mengenal/tidak peduli kebenaran, tidak takut dan tidak menghormati Tuhan dalam sikap hidupnya sehari-hari. Meskipun demikian, anak Tuhan dengan pola pikir Kristus tidak berarti hidupnya menjadi tidak wajar atau kehilangan “kemanusiaan”. Kita akan tetap masih menjalani hidup seperti manusia lain, dalam : bekerja, mencari nafkah, berkeluarga, menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan, mengembangkan dan menikmati kreasi seni, hobi, olah raga, rekreasi dll. Secara umum bisa dikatakan “tampak luar tetap sama, namun dalamnya [mind set] berbeda”.
Anak Tuhan yang mengenakan pola pikir Kristus akan mengalami tidak merasa nyaman hidup di bumi [yang makin fasik, penuh ketragisan], makin menghayati bahwa dunia ini bukan rumahnya, makin kuat merasakan keberadaannya sebagai musafir, sehingga fokus hidupnya makin kuat ke Langit Baru dan Bumi Baru.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|