|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. [ Pengkotbah 4:9] |
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Ibu Lydia N. Haryanto |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Single Fighter |
|
Single Fighter |
|
Rabu, 20 Februari 2019 |
|
|
|
|
|
Single Fighter |
|
Keluaran 18:13-27 |
|
|
|
|
|
|
Tak jarang kita mendengar keluhan sebagai luapan dari rasa lelah, jengkel dari beberapa orang yang menjadi panitia dalam suatu acara. Biasanya keluhan yang terlontar adalah tidak puas dengan rekan-rekan panitia yang lain yang dianggapnya tidak bisa bekerja sama. Terkadang kita menjumpai juga seorang pemimpin mengerjakan tugas-tugas seorang diri dengan dalih bawahannya kurang tanggap, kurang cekatan dan sebagainya. Padahal mungkin dirinya sendiri sebagai pemimpin kurang bisa mendelegasikan tugas. Tentu hal ini akan sangat melelahkan dan hasilnya tidak akan maksimal. Belum lagi tanggapan dari bawahan yang menilai si “Boss” tidak menghargai keberadaan mereka karena selalu “single fighter”. Jadi bekerja seorang diri di tengah-tengah kelompok tidaklah baik.
Situasi seperti itu terbaca oleh Yitro ketika melihat menantunya, Musa, sepanjang hari dari pagi sampai petang duduk menghadapi bangsa Israel yang berdiri di depan Musa untuk menanyakan petunjuk Allah. [ayat 13-16].
Dari perikop ini kita bisa merenungkan bahwa seorang pemimpin tidak baik bekerja seorang diri. Mengapa ? Bekerja seorang diri sangat melelahkan baik bagi diri sendiri juga bagi orang-orang yang membutuhkan bimbingan, nasehat, jawaban ataupun petunjuk harus menunggu “antrian panjang”. [ayat 18]....selengkapnya » |
Tak jarang kita mendengar keluhan sebagai luapan dari rasa lelah, jengkel dari beberapa orang yang menjadi panitia dalam suatu acara. Biasanya keluhan yang terlontar adalah tidak puas dengan rekan-rekan panitia yang lain yang dianggapnya tidak bisa bekerja sama. Terkadang kita menjumpai juga seorang pemimpin mengerjakan tugas-tugas seorang diri dengan dalih bawahannya kurang tanggap, kurang cekatan dan sebagainya. Padahal mungkin dirinya sendiri sebagai pemimpin kurang bisa mendelegasikan tugas. Tentu hal ini akan sangat melelahkan dan hasilnya tidak akan maksimal. Belum lagi tanggapan dari bawahan yang menilai si “Boss” tidak menghargai keberadaan mereka karena selalu “single fighter”. Jadi bekerja seorang diri di tengah-tengah kelompok tidaklah baik.
Situasi seperti itu terbaca oleh Yitro ketika melihat menantunya, Musa, sepanjang hari dari pagi sampai petang duduk menghadapi bangsa Israel yang berdiri di depan Musa untuk menanyakan petunjuk Allah. [ayat 13-16].
Dari perikop ini kita bisa merenungkan bahwa seorang pemimpin tidak baik bekerja seorang diri. Mengapa ? Bekerja seorang diri sangat melelahkan baik bagi diri sendiri juga bagi orang-orang yang membutuhkan bimbingan, nasehat, jawaban ataupun petunjuk harus menunggu “antrian panjang”. [ayat 18]. Seorang pemimpin sebaiknya menyampaikan ketetapan, peraturan dan pekerjaan yang berlaku atau yang harus dilakukan oleh bawahan atau staf dengan benar. [ayat 20]. Seorang pemimpin juga harus pandai dan berhikmat untuk memilih orang-orang sebagai orang kepercayaan yang cakap membantu pekerjaannya di bidang masing-masing-masing, jujur dan yang takut kepada Tuhan. [ayat 21-26]
Sebagai murid Kristus, marilah kita saling mengasihi, bisa bekerja sama dengan anggota kelompok di mana kita ditempatkan agar bisa menjadi teladan dan bisa menyampaikan kasih Kristus yang sudah kita miliki kepada banyak orang agar merekapun bisa merasakan kasih Kristus yang ada dalam diri kita. Amin. [NIN]
Pokok Renungan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|