|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga. [Matius 18:10] |
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Ibu Lydia N. Haryanto |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Tanggung Jawab Orangtua |
|
Tanggung Jawab Orangtua |
|
Rabu, 18 Oktober 2017 |
|
|
|
|
|
Tanggung Jawab Orangtua |
|
Ulangan 6:1-9 |
|
|
|
|
|
|
Saat menerima hasil belajar yang kurang baik nilainya dari seorang anak, terkadang orangtua saling menyalahkan, melempar tanggung jawab. Si ayah berdalih dirinya terlalu sibuk mencari nafkah untuk keluarga, jadi selayaknya tugas ibu membimbing anaknya. Bagaimana jadinya kalau sang ibu juga terpaksa bekerja untuk menambah pendapatan keluarga? Kita tahu hal itu tidaklah benar karena anak adalah buah hati ayah dan ibu selaku orangtua.
Dari kitab Ulangan 6:1-9, kita belajar apa dan bagaimana mendidik anak-anak sebagai generasi Ilahi yang Tuhan percayakan kepada kita selaku orangtua. Pertama, seumur hidup kita takut akan Tuhan dan pegang Firman-Nya [ayat 2]. Jadi sejak kanak-kanak harus sudah ditanamkan apa dan bagaimana takut akan Tuhan dan selalu berpegang pada Firman-Nya. Ini bukan sesuatu yang mudah karena Tuhan tidak nampak oleh mata jasmani kita. Perlu keteladanan dari kita selaku orangtua. Kedua, kita harus melakukannya dengan setia [ayat 3]. Dalam segala kondisi/situasi kita harus melakukannya, walau mungkin sibuk, badan lelah atau alasan apapun juga. Kita harus memiliki komitmen yang benar jika kita rindu memiliki generasi penerus yang sungguh-sungguh takut akan Tuhan dan selalu berpegang pada Firman Tuhan selama hidupnya. Ketiga, merupakan gaya h...selengkapnya » |
Saat menerima hasil belajar yang kurang baik nilainya dari seorang anak, terkadang orangtua saling menyalahkan, melempar tanggung jawab. Si ayah berdalih dirinya terlalu sibuk mencari nafkah untuk keluarga, jadi selayaknya tugas ibu membimbing anaknya. Bagaimana jadinya kalau sang ibu juga terpaksa bekerja untuk menambah pendapatan keluarga? Kita tahu hal itu tidaklah benar karena anak adalah buah hati ayah dan ibu selaku orangtua.
Dari kitab Ulangan 6:1-9, kita belajar apa dan bagaimana mendidik anak-anak sebagai generasi Ilahi yang Tuhan percayakan kepada kita selaku orangtua. Pertama, seumur hidup kita takut akan Tuhan dan pegang Firman-Nya [ayat 2]. Jadi sejak kanak-kanak harus sudah ditanamkan apa dan bagaimana takut akan Tuhan dan selalu berpegang pada Firman-Nya. Ini bukan sesuatu yang mudah karena Tuhan tidak nampak oleh mata jasmani kita. Perlu keteladanan dari kita selaku orangtua. Kedua, kita harus melakukannya dengan setia [ayat 3]. Dalam segala kondisi/situasi kita harus melakukannya, walau mungkin sibuk, badan lelah atau alasan apapun juga. Kita harus memiliki komitmen yang benar jika kita rindu memiliki generasi penerus yang sungguh-sungguh takut akan Tuhan dan selalu berpegang pada Firman Tuhan selama hidupnya. Ketiga, merupakan gaya hidup karena kita harus mengajarkannya berulang-ulang, membicarakannya saat kita duduk di rumah, saat dalam perjalanan, saat kita berbaring ataupun kita bangun [ayat 7]. Tiap kesempatan bersama anak-anak harus bisa kita manfaatkan seefektif mungkin. Keempat, menjadi teladan di manapun kita berada [ayat 8] karena dikatakan kita harus mengikatkannya pada tangan dan harus juga menjadi lambang pada dahi kita. Tangan kita pergunakan untuk bekerja, dahi selalu bisa dilihat orang artinya di manapun juga kita harus bisa menjadi teladan. Kelima, menjadi berkat bagi seisi rumah [ayat 9]. Tertulis pada tiang pintu rumah dan pada pintu gerbang pasti bisa terbaca oleh seisi rumah bukan hanya anak-anak kita saja. Amin.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|