|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Bp. Widodo Gunawan |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Jembatan Maaf |
|
Jembatan Maaf |
|
Sabtu, 13 Oktober 2018 |
|
|
|
|
|
Jembatan Maaf |
|
Efesus 4:32 |
|
|
|
|
|
|
Alkisah ada dua orang kakak-beradik yang hidup di sebuah desa. Suatu saat mereka jatuh ke dalam suatu pertengkaran serius. Padahal selama 40 tahun mereka hidup rukun berdampingan. Beberapa minggu sudah berlalu, mereka saling berdiam diri tak bertegur-sapa.
Suatu pagi, seseorang mengetuk rumah sang kakak. Di depan pintu berdiri seorang pria membawa kotak perkakas tukang kayu. ’Maaf Tuan, sebenarnya saya sedang mencari pekerjaan’, kata pria itu dengan ramah. ’Barangkali Tuan berkenan memberikan beberapa pekerjaan untuk saya selesaikan.’ ’Oh ya!’ jawab sang kakak. ’Kau lihat ladang pertanian di seberang sungai sana. Itu adalah rumah adikku. Minggu lalu ia mengeruk bendungan dengan buldozer lalu mengalirkan airnya ke tengah padang rumput itu sehingga menjadi sungai yang memisahkan tanah kami. Hmm, barangkali ia melakukan itu untuk mengejekku, tapi aku akan membalasnya lebih setimpal. Aku ingin kau membuat pagar setinggi 10 meter untukku sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya.’
Di sore hari, ketika sang kakak petani itu kembali, tukang kayu itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Betapa terkej...selengkapnya » |
Alkisah ada dua orang kakak-beradik yang hidup di sebuah desa. Suatu saat mereka jatuh ke dalam suatu pertengkaran serius. Padahal selama 40 tahun mereka hidup rukun berdampingan. Beberapa minggu sudah berlalu, mereka saling berdiam diri tak bertegur-sapa.
Suatu pagi, seseorang mengetuk rumah sang kakak. Di depan pintu berdiri seorang pria membawa kotak perkakas tukang kayu. ’Maaf Tuan, sebenarnya saya sedang mencari pekerjaan’, kata pria itu dengan ramah. ’Barangkali Tuan berkenan memberikan beberapa pekerjaan untuk saya selesaikan.’ ’Oh ya!’ jawab sang kakak. ’Kau lihat ladang pertanian di seberang sungai sana. Itu adalah rumah adikku. Minggu lalu ia mengeruk bendungan dengan buldozer lalu mengalirkan airnya ke tengah padang rumput itu sehingga menjadi sungai yang memisahkan tanah kami. Hmm, barangkali ia melakukan itu untuk mengejekku, tapi aku akan membalasnya lebih setimpal. Aku ingin kau membuat pagar setinggi 10 meter untukku sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya.’
Di sore hari, ketika sang kakak petani itu kembali, tukang kayu itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Betapa terkejutnya ia, sama sekali tidak ada pagar kayu sebagaimana yang dimintanya. Namun, yang ada adalah jembatan melintasi sungai yang menghubungkan ladang pertaniannya dengan ladang pertanian adiknya. Jembatan itu begitu indah dengan undak-undakan yang tertata rapi. Dari seberang sana, terlihat sang adik bergegas berjalan menaiki jembatan itu dengan kedua tangannya terbuka lebar.
’Kakakku, kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini. Padahal sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu. Maafkan aku’, kata sang adik pada kakaknya, mereka bertemu di tengah-tengah jembatan, saling berjabat tangan dan berpelukan.
Jangan ragu memaafkan atau meminta maaf. Bertindaklah, kadang kita merasa pihak lain tidak memaafkan, padahal dia sedang menunggu kita, dan akan merespon dengan sangat baik.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|