Suatu kali saya pernah pergi dengan seseorang ke sebuah tempat di luar kota yang cukup jauh. Kami belum paham secara baik tempat yang akan dituju. Tetapi kemudian yakin saja kami berangkat dengan mengandalkan GPS sebagai penunjuk jalan. Tetapi ternyata kami mengalami kesulitan karena fakta di lapangan tidak semudah dari apa yang kami pikirkan sehingga beberapa kali kami salah jalan dan harus bertanya.
Pada bacaan di atas, Tuhan Yesus untuk pertama kalinya mengajarkan kepada murid-muridnya bahwa Ia harus menanggung banyak penderitaan bahkan akan mengalami kematian. Pengajaran ini perlu disampaikan tentunya tidak lepas dari pengakuan Petrus bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias. Pengakuan tersebut sama sekali tidak ditolakan oleh Yesus. Inilah yang membuat pengharapan para murid akan sosok sang pembebas dan pemulihan kembali ‘tahta Daud’ secara politis semakin menggelora. Seperti pepatah Jawa ‘kaya tumbu oleh tutup’. Apa yang dinanti-nantikan sekarang ada di hadapan mereka. Tentu Tuhan Yesus menangkap secara jelas apa yang dipikirkan para murid. Oleh sebab itu kemudian Ia meluruskan pemikiran yang duniawi tersebut d...selengkapnya »
Suatu kali saya pernah pergi dengan seseorang ke sebuah tempat di luar kota yang cukup jauh. Kami belum paham secara baik tempat yang akan dituju. Tetapi kemudian yakin saja kami berangkat dengan mengandalkan GPS sebagai penunjuk jalan. Tetapi ternyata kami mengalami kesulitan karena fakta di lapangan tidak semudah dari apa yang kami pikirkan sehingga beberapa kali kami salah jalan dan harus bertanya.
Pada bacaan di atas, Tuhan Yesus untuk pertama kalinya mengajarkan kepada murid-muridnya bahwa Ia harus menanggung banyak penderitaan bahkan akan mengalami kematian. Pengajaran ini perlu disampaikan tentunya tidak lepas dari pengakuan Petrus bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias. Pengakuan tersebut sama sekali tidak ditolakan oleh Yesus. Inilah yang membuat pengharapan para murid akan sosok sang pembebas dan pemulihan kembali ‘tahta Daud’ secara politis semakin menggelora. Seperti pepatah Jawa ‘kaya tumbu oleh tutup’. Apa yang dinanti-nantikan sekarang ada di hadapan mereka. Tentu Tuhan Yesus menangkap secara jelas apa yang dipikirkan para murid. Oleh sebab itu kemudian Ia meluruskan pemikiran yang duniawi tersebut dengan mengajarkan bahwa Anak Manusia harus menderita dan dibunuh.
Mendengar perkataan tersebut, Petrus menegur Tuhan Yesus sebagai tanda tidak sepakat dengan apa yang dikatakan-Nya. Tetapi Yesus balik menegur Petrus dengan keras karena apa yang dilakukan Petrus berpotensi menghalangi misi-Nya datang ke dunia seperti yang dilakukan Iblis. ‘Enyahlah Iblis. Engkau batu sandungan bagi-Ku sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia’. Nampak seolah-olah Petrus membela Tuhan Yesus, tetapi tanpa disadari ia menjadi penghambat misi ilahi. Wah, para murid telah gagal paham karena hanya memikirkan apa yang dipikirkan manusia dan bukan apa yang dipikirkan Allah.
Jika kita hanya memikirkan apa yang dipikirkan manusia dalam menilai ataupun merespon sesuatu, maka kita bukan hanya akan gagal paham tetapi juga tersesat karena hanya berpikir pada tataran pikiran manusia. Ini sungguh bahaya! Coba lihat faktanya, berapa banyak orang kristen yang protes kepada Allah karena mengalami yang tidak baik? Berapa banyak orang kristen meninggalkan Tuhan karena kecewa? Berapa banyak orang kristen hanya mengejar kemapanan dunia dan bukan kekekalan di sorga? Berapa banyak orang kristen yang datang ke dukun meminta pertolongan atas permasalahan mereka? Berapa banyak orang kristen datang ke gereja hanya untuk mengejar berkat materi dan bukan mencari Tuhan? Tentu masih banyak lagi pertanyaan yang bisa dideretkan di sini. Semua itu terjadi karena mereka hanya berpikir pada tataran apa yang dipikirkan manusia dan bukan apa yang dipikirkan Allah. Berhati-hatilah!