|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Esensi natal adalah perjuangan dalam kesederhanaan dalam mempersiapkan tempat yang terbaik bagi Sang Putra Allah! |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Natal : Antara Perjuangan Dan Kesederhanaan |
|
Natal : Antara Perjuangan Dan Kesederhanaan |
|
Senin, 23 Desember 2019 |
|
|
|
|
|
Natal : Antara Perjuangan Dan Kesederhanaan |
|
Matius 1:18-25, Lukas 2:1-7 |
|
|
|
|
|
|
Natal selalu dinanti-nantikan oleh setiap umat percaya di seluruh dunia. Aksesoris-aksesoris natal menghiasi hampir seluruh gereja dan juga pusat-pusat perbelanjaan, termasuk ruang-ruang publik. Drama kelahiran bayi Yesus dipertunjukkan dengan berbagai bentuk. Panitia Natal telah jauh-jauh hari disibukkan dengan rapat dan kegiatan untuk memeriahkan perayaan Natal. Dengan harapan sukses dan mendapat applause dari setiap orang yang menghadirinya. Namun sebenarnya natal tidaklah dimulai dengan kemegahan dan kemeriahan pesta. Sebaliknya diawali dengan perjuangan dan penuh kesederhanaan.
Adalah Maria dan Yusuf, dua orang yang tidak lelah berjuang untuk menjaga Sang Putra Allah. Mereka tetap setia, taat serta penuh kesabaran melakukan amanat yang dipercayakan Allah kepada mereka. Betapa tidak, Yusuf dan Maria harus menanggung beban sosial, akibat kabar berita yang tiba-tiba datang dari malaikat, bahwa Maria mengandung tanpa memiliki suami. Image Maria sebagai wanita baik-baik kontan tercemar dengan berita tersebut. Lagipula Yusuf tunangannya terkena dampak juga, dia dicap sebagai seorang laki-laki yang tidak bisa menjaga k...selengkapnya » |
Natal selalu dinanti-nantikan oleh setiap umat percaya di seluruh dunia. Aksesoris-aksesoris natal menghiasi hampir seluruh gereja dan juga pusat-pusat perbelanjaan, termasuk ruang-ruang publik. Drama kelahiran bayi Yesus dipertunjukkan dengan berbagai bentuk. Panitia Natal telah jauh-jauh hari disibukkan dengan rapat dan kegiatan untuk memeriahkan perayaan Natal. Dengan harapan sukses dan mendapat applause dari setiap orang yang menghadirinya. Namun sebenarnya natal tidaklah dimulai dengan kemegahan dan kemeriahan pesta. Sebaliknya diawali dengan perjuangan dan penuh kesederhanaan.
Adalah Maria dan Yusuf, dua orang yang tidak lelah berjuang untuk menjaga Sang Putra Allah. Mereka tetap setia, taat serta penuh kesabaran melakukan amanat yang dipercayakan Allah kepada mereka. Betapa tidak, Yusuf dan Maria harus menanggung beban sosial, akibat kabar berita yang tiba-tiba datang dari malaikat, bahwa Maria mengandung tanpa memiliki suami. Image Maria sebagai wanita baik-baik kontan tercemar dengan berita tersebut. Lagipula Yusuf tunangannya terkena dampak juga, dia dicap sebagai seorang laki-laki yang tidak bisa menjaga kekudusan hidupnya dan Maria. Resiko rajam dan hukuman mati pun mengancam Maria, karena hal tersebut bertentangan dengan hukum Taurat yang berlaku dikalangan orang Yahudi.
Dalam keadaan Maria hamil tua, Yusuf dan Maria berjuang mendapatkan tempat yang terbaik bagi Yesus untuk dilahirkan. Perjalanan menuju Betlehem sangatlah melelahkan dan cukup panjang. Dari pintu ke pintu, dengan sabar Yusuf mencari tempat agar Maria mendapatkan tempat yang layak untuk berbaring dan melahirkan Sang Putra Allah. Namun apa yang mereka alami adalah penolakan demi penolakan. Menarik bahwa Yusuf dan Maria tidak menyesali apa yang telah dipercayakan Allah kepada mereka. Tidak ada protes ataupun sungut-sungut kepada Allah perihal kesulitan-kesulitan yang mereka alami dalam menjaga Sang Putra Allah. Hingga satu titik, akhirnya mereka mendapatkan tempat untuk melepaskan penat dan mempersiapkan kelahiran Sang Putra Allah. Tempat yang jauh dari kemegahan. Tidak ada tiupan terompet, bunyi rebana, tari-tarian, tidak ada aksesoris-aksesoris yang menghiasi. Yang ada hanyalah sebuah kandang yang kotor dan sebuah palungan yang dijadikan tempat lahir Sang Putra Allah. Tidak ada dinding-dinding kokoh yang melindungi dari dinginnya malam dan teriknya siang. Tidak ada kain yang layak untuk menutupi tubuh Sang Bayi mungil, hanya kain lampin yang sederhana. Namun demikian, suasana tersebut berubah menjadi sukacita yang besar, diiringi tawa sukacita karena Sang Putra Allah telah lahir. Bagi Yusuf dan Maria yang terpenting bukanlah soal kemegahan, namun bagaimana menyediakan tempat yang terbaik untuk kedatangan Sang Putra Allah. Apapun mereka lakukan demi Sang Bayi, sebab mereka tahu bahwa Yesus adalah Sang Raja pembawa damai dan keselamatan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|