|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
’Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!’ [Roma 10:15 b] |
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Ibu Lydia N. Haryanto |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Sri Gunung |
|
Sri Gunung |
|
Sabtu, 26 Oktober 2019 |
|
|
|
Gunung dipandang dari jauh sangat indah, gagah, hijau menawan hati namun ketika kita dekati jauh benar bedanya..... Semak belukar, jurang, lembah, batu-batu bahkan tidak jarang ditemui hutan lebat yang terkadang membuat pendaki gunung tersesat. Kenyataan ini diungkapan dalam peribahasa Jawa Sri Gunung yang identik dengan peribahasa Indonesia, ’Jauh bau wangi, dekat bau bangkai’.
Dalam pergaulan juga demikian. Saat masih jarang bertemu, kita dibuat terpesona oleh kelebihan-kelebihan seseorang yang kita kagumi. Setelah makin sering bertemu baru kita tahu kelemahan-kelemahannya. Oleh karena itu tidaklah kita heran ada pasangan yang menikah hanya “seumur jagung”, saling kecewa ternyata tidak sama seperti yang mereka harapkan. Demikian juga ada jemaat yang kecewa karena Hamba Tuhan, para pemimpin gereja tidak seperti yang mereka dambakan.
Dalam pelayanan Tuhan Yesus di Nazaret, tempat asal Yesus dibesarkan, Dia ditolak karena hanya seorang tukang kayu dan keluarganya mereka kenal [ayat 3]. Pada awalnya, saat Yesus mengajar di rumah ibadah, jemaat takjub mendengar pengajaran-Nya [ayat 2]. Namun kekaguman sirna ...selengkapnya » |
Gunung dipandang dari jauh sangat indah, gagah, hijau menawan hati namun ketika kita dekati jauh benar bedanya..... Semak belukar, jurang, lembah, batu-batu bahkan tidak jarang ditemui hutan lebat yang terkadang membuat pendaki gunung tersesat. Kenyataan ini diungkapan dalam peribahasa Jawa Sri Gunung yang identik dengan peribahasa Indonesia, ’Jauh bau wangi, dekat bau bangkai’.
Dalam pergaulan juga demikian. Saat masih jarang bertemu, kita dibuat terpesona oleh kelebihan-kelebihan seseorang yang kita kagumi. Setelah makin sering bertemu baru kita tahu kelemahan-kelemahannya. Oleh karena itu tidaklah kita heran ada pasangan yang menikah hanya “seumur jagung”, saling kecewa ternyata tidak sama seperti yang mereka harapkan. Demikian juga ada jemaat yang kecewa karena Hamba Tuhan, para pemimpin gereja tidak seperti yang mereka dambakan.
Dalam pelayanan Tuhan Yesus di Nazaret, tempat asal Yesus dibesarkan, Dia ditolak karena hanya seorang tukang kayu dan keluarganya mereka kenal [ayat 3]. Pada awalnya, saat Yesus mengajar di rumah ibadah, jemaat takjub mendengar pengajaran-Nya [ayat 2]. Namun kekaguman sirna saat mengetahui asal usul Tuhan Yesus. Yesus pun menyadari hal itu dan mengatakan bahwa seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya. [ayat 4] sehingga Yesus tidak dapat mengadakan satu mujizatpun kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka [ayat 5]. Kita melihat kebesaran kasih Yesus, walau ditolak Dia masih tetap bersedia menyembuhkan beberapa orang sakit.
Bagaimana dengan keberadaan kita di lingkungan di mana kita berada? Dengan pertolongan Tuhan melalui Roh Kudus-Nya biarlah kita tidak menjadi “Sri Gunung” bagi lingkungan kita. Perkataan, perbuatan kita selalu menjadi berkat banyak orang jangan sampai kita JARKONI. Hanya bisa mengajar tetapi tidak bisa melakukan sehingga kita selalu menjadi Sri Gunung yang indah hanya dari kejauhan. Amin.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|