|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati. [Yak 2:26] |
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Ibu Lydia N. Haryanto |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Percaya |
|
Percaya |
|
Selasa, 10 Juli 2018 |
|
|
|
Gegap gempita , sorak sorai & tepuk tangan terdengar riuh rendah saat seorang akrobatik selesai melakukan atraksinya berjalan di atas seutas tali yang dibentangkannya di atas air terjun Niagara. Atraksi diawali hanya berjalan pelan-pelan di atas tali tersebut, sementara penonton menyaksikan sambil menahan nafas. Saat akan berjalan balik dia memperlihatkan sebuah kereta dorong dan bertanya kepada penonton apakah mereka percaya dia bisa balik dengan selamat berjalan sambil membawa sebuah kereta tsb. Penonton berteriak bahwa mereka percaya. Dan benar ia sampai di ujung sana dengan mulus. Kemudian dia bertanya apakah mereka percaya bila di kereta dorong itu diberi beban, dia bisa membawanya dengan selamat sampai ke seberang. Penonton serentak menjawab bahwa mereka percaya.
Tetapi ketika sang akrobat menanyakan siapa yang bersedia duduk di kereta itu, suasana mendadak sepi tiada suara. Tak seorangpun bersedia. Mereka mengatakan percaya tetapi mereka tidak ada nyali untuk melakukan apa yang mereka percayai karena nyawa taruhannya. Akhirnya ada seorang anak yang mau naik ke kereta dorong tsb dan dimulailah akrobat yang menegangkan itu. Para penonton saling berbisik mempertany...selengkapnya » |
Gegap gempita , sorak sorai & tepuk tangan terdengar riuh rendah saat seorang akrobatik selesai melakukan atraksinya berjalan di atas seutas tali yang dibentangkannya di atas air terjun Niagara. Atraksi diawali hanya berjalan pelan-pelan di atas tali tersebut, sementara penonton menyaksikan sambil menahan nafas. Saat akan berjalan balik dia memperlihatkan sebuah kereta dorong dan bertanya kepada penonton apakah mereka percaya dia bisa balik dengan selamat berjalan sambil membawa sebuah kereta tsb. Penonton berteriak bahwa mereka percaya. Dan benar ia sampai di ujung sana dengan mulus. Kemudian dia bertanya apakah mereka percaya bila di kereta dorong itu diberi beban, dia bisa membawanya dengan selamat sampai ke seberang. Penonton serentak menjawab bahwa mereka percaya.
Tetapi ketika sang akrobat menanyakan siapa yang bersedia duduk di kereta itu, suasana mendadak sepi tiada suara. Tak seorangpun bersedia. Mereka mengatakan percaya tetapi mereka tidak ada nyali untuk melakukan apa yang mereka percayai karena nyawa taruhannya. Akhirnya ada seorang anak yang mau naik ke kereta dorong tsb dan dimulailah akrobat yang menegangkan itu. Para penonton saling berbisik mempertanyakan siapa anak yg sangat berani itu. Selidik punya selidik akhirnya diketahui bahwa anak itu adalah putra sang akrobatik sehingga pantas saja percaya kemampuan ayahnya.
Bagaimana dengan kita anak-anak Allah? Keadaan dunia yang carut marut, banyak hal yang menakutkan, mencemaskan. Percayakah kita kepada Allah Bapa yang sanggup memberikan keselamatan kepada kita ? Sering kita dengar anak-anak Tuhan yang kuatir akan masa depannya, berpaling kepada “sang penolong” , rela meninggalkan Kristus yang sudah memberikan keselamatan karena merasa bimbang kepada kemampuanNya memelihara kehidupannya dalam dunia yang sangat sulit ini.
Bagaimana dengan diri kita? Biarlah bukan hanya mulut kita yang berkata “percaya” tetapi kita buktikan dengan tindakan keseharian kita, tetap percaya “duduk di kereta dunia” yang penuh masalah sampai kita selamat di seberang sana Surga yang mulia. Amin.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|