|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda? Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar.
Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Kasih Yang Pudar1 |
|
Kasih Yang Pudar1 |
|
Minggu, 17 Februari 2019 |
|
|
|
|
|
Kasih Yang Pudar1 |
|
Hosea 6:4, 6 |
|
|
|
|
|
|
Kasih yang pudar
Hosea 6:4, 6
Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda? Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar.
Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.
Di daerah pegunungan pada pagi hari biasanya ada kabut. Kabut itu membawa kesejukan. Tetapi ketika matahari telah mulai bersinar maka kabut itu dengan sekejab langsung menjadi sirna. Kabut itu pergi dengan begitu cepatnya.
Begitulah gambaran tentang kasih bangsa Israel kepada Tuhan. Pada awalnya, ketika mereka masih berjalan di padang gurun dengan dipimpin oleh Musa, mereka begitu mengasihi Tuhan. Tetapi tidak lama, begitu mereka sudah menduduki Tanah Kanaan, mereka lupa kepada Tuhan yang sudah membawa mereka berjalan di padang gurun dan menduduki Tanah Kanaan. Dengan mudahnya mereka meninggalkan Tuhan dan berpaling kepada...selengkapnya » |
Kasih yang pudar
Hosea 6:4, 6
Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda? Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar.
Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.
Di daerah pegunungan pada pagi hari biasanya ada kabut. Kabut itu membawa kesejukan. Tetapi ketika matahari telah mulai bersinar maka kabut itu dengan sekejab langsung menjadi sirna. Kabut itu pergi dengan begitu cepatnya.
Begitulah gambaran tentang kasih bangsa Israel kepada Tuhan. Pada awalnya, ketika mereka masih berjalan di padang gurun dengan dipimpin oleh Musa, mereka begitu mengasihi Tuhan. Tetapi tidak lama, begitu mereka sudah menduduki Tanah Kanaan, mereka lupa kepada Tuhan yang sudah membawa mereka berjalan di padang gurun dan menduduki Tanah Kanaan. Dengan mudahnya mereka meninggalkan Tuhan dan berpaling kepada ilah-ilah yang disembah oleh bangsa-bangsa asing di sekitar mereka. Kasih mereka kepada Tuhan mirip dengan kabut pagi yang sebentar ada, lalu sebentar lenyap.
Yang Tuhan kehendaki dari umat-Nya adalah kasih setia, yaitu kasih yang disertai dengan kesetiaan, bukan kasih yang sebentar ada dan sebentar kemudian berlalu. Banyak orang Kristen dahulu bersemangat dan menggebu-gebu mencintai Tuhan. Tetapi sekarang sudah dalam keadaan suam dan bahkan meninggalkan Tuhan. Mungkin karena mereka menghadapi masalah-masalah, atau karena apa yang mereka inginkan tidak terwujud, atau karena sebab yang lain. Padahal Tuhan tidak menjanjikan kalau kita mengikut Dia hidup kita akan lepas dari segala masalah dan semua yang kita inginkan akan tercapai. Yang Tuhan inginkan adalah kita mengasihi Dia dengan penuh kesetiaan, maka Dia akan menuntun hidup kita untuk mengalami janji-janji-Nya.
Bagaimanakah dengan kasih kita kepada Tuhan? Apakah kasih kita kepada Tuhan tetap bertahan di segala waktu? Ataukah kasih kita sudah mulai pudar? Marilah kita membaharui kasih kita kepada Tuhan.
Pdt. Goenawan Susanto
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|