|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Aku berkata kepadamu:”Sesungguhnya barang siapa menuruti Firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut selama-lamanya” Yohanes 8:51 |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Musuh Terakhir Manusia |
|
Musuh Terakhir Manusia |
|
Sabtu, 24 Agustus 2019 |
|
|
|
|
|
Musuh Terakhir Manusia |
|
I Korintus 15:26 |
|
|
|
|
|
|
Di dalam menjalani proses kehidupan di dunia ini, setiap orang pasti menghadapi kesulitan, baik pergumulan batin di dalam dirinya maupun ketegangan dengan faktor-faktor di luar dirinya. Ada yang melihat “kesulitan” secara positif di mana setiap “kesulitan” ditanggapi sebagai tantangan bahkan peluang untuk menjadi makin baik. Tetapi ada juga mereka yang melihat dari sudut lain yaitu menjadikan “kesulitan” dan yang “menciptakan kesulitan” sebagai musuh. Tetapi, pada umumnya segala hal yang mengancam eksistensi atau kemapanan seseorang akan selalu dilihat sebagai “musuh”, terlepas dari apakah yang bersangkutan akan menghadapi, melarikan diri atau menyikapi dengan cara lain atas “musuh” nya tersebut.
Seiring berjalannya waktu, rangkaian proses upaya “penaklukan” musuh apapun di atas akan berujung pada kenyataan bahwa ada “kematian” menanti setiap orang yang menjadi musuh terakhir untuk dihadapi. Pada umumnya, orang berusaha “mengelak” atau “menunda” datangnya kematian dan ingin menikmati umur panjang sehingga tidak mau tua. Tapi, setiap orang sudah ditetapkan untuk mati. Bahkan kematian dapat datang tanpa peringatan [Amsal 27:1]....selengkapnya » |
Di dalam menjalani proses kehidupan di dunia ini, setiap orang pasti menghadapi kesulitan, baik pergumulan batin di dalam dirinya maupun ketegangan dengan faktor-faktor di luar dirinya. Ada yang melihat “kesulitan” secara positif di mana setiap “kesulitan” ditanggapi sebagai tantangan bahkan peluang untuk menjadi makin baik. Tetapi ada juga mereka yang melihat dari sudut lain yaitu menjadikan “kesulitan” dan yang “menciptakan kesulitan” sebagai musuh. Tetapi, pada umumnya segala hal yang mengancam eksistensi atau kemapanan seseorang akan selalu dilihat sebagai “musuh”, terlepas dari apakah yang bersangkutan akan menghadapi, melarikan diri atau menyikapi dengan cara lain atas “musuh” nya tersebut.
Seiring berjalannya waktu, rangkaian proses upaya “penaklukan” musuh apapun di atas akan berujung pada kenyataan bahwa ada “kematian” menanti setiap orang yang menjadi musuh terakhir untuk dihadapi. Pada umumnya, orang berusaha “mengelak” atau “menunda” datangnya kematian dan ingin menikmati umur panjang sehingga tidak mau tua. Tapi, setiap orang sudah ditetapkan untuk mati. Bahkan kematian dapat datang tanpa peringatan [Amsal 27:1]. Semua manusia pada dasarnya berbaris antri menunggu saat ajal menjemput. Ada yang lama berbarisnya, ada yang relatif singkat. Setiap orang siapapun, kaya atau miskin, pandai atau bodoh, sakit atau sehat, semua tidak ada yang tahu kapan datangnya kematian. Tinggal bagaimana setiap orang itu mensikapi datangnya kematian.
Tidak ada manusia di dunia ini yang dapat mengalahkan kematian. Kenapa? Karena semua manusia sudah berdosa [Roma 3:10, 23] dan upah dosa adalah maut [Roma 6:23]. Semua manusia pasti mengalami kematian. Manusia telah ditetapkan untuk mati sekali saja dan kemudian dihakimi [Ibrani 9:27]. Semua manusia karena dosanya pasti mengalami maut [Roma 3:23 dan 6:23]. Memang, hanya manusia sajalah yang mengalami kematian [untuk kemudian dihakimi]. Kemudian siapakah yang bisa mengalahkan maut? Hanya KRISTUS. Karenanya, agar Kristus dapat mengalahkan maut, Kristus harus menjadi manusia sehingga Kristus dapat mati, dan kemudian bangkit [Ibrani 2:14].
Kematian Kristus adalah kematian yang menelan kematian [Yesaya 25:8]. Kebangkitan Kristus merupakan kemenangan-Nya atas kuasa maut. 1 Korintus 15:17: “jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.”
Kemerdekaan yang dibawa oleh Kristus adalah kemerdekaan yang sejati karena telah menaklukkan sekali dan untuk selama-lamanya “musuh” terbesar dan terakhir manusia, yakni dosa dan kematian. Oleh sebab itu marilah kita tinggalkan hidup lama. Bertobat dan kembali percaya disertai hidup seturut kehendak-Nya. Sehingga ketika Dia datang ke dua kalinya hidup kekal menjadi milik kita.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|