|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Karya Penebusan Salib Kristus sudah selesai, yang belum selesai adalah perubahan karakter kita untuk menjadi serupa dengan karakter Tuhan Yesus. Untuk itu harus terus berjuang serius menggenapi rencana Bapa dalam hidup kita. |
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Bp. Gunawan Laksmana |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Menghargai Pengorbanan Yesus |
|
Menghargai Pengorbanan Yesus |
|
Kamis, 22 Maret 2018 |
|
|
|
|
|
Menghargai Pengorbanan Yesus |
|
Ibrani 5:7-9 |
|
|
|
|
|
|
Kita ditebus dari cara hidup yang sia-sia dengan harga yang sangat mahal [I Petrus 1:18-19]. Karya Keselamatan yang dilaksanakan oleh Yesus adalah rancangan agung Bapa begitu manusia jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Penebusan salib ini menggenapi kasih dan rasa keadilan Bapa. Pengorbanan yang dipikul oleh Yesus bukan suatu sandiwara, tapi suatu hal yang sangat serius, melibatkan pertaruhan sangat dahsyat bagi Bapa maupun Yesus sebagai pelaksananya. Untuk melaksanakan misi Bapa-Nya, Yesus [sebagai manusia] telah sungguh-sungguh berjuang untuk taat mutlak kepada Bapa. Situasi di taman Getsemani menjelang Yesus ditangkap menggambarkan perjuangan tersebut [Matius 26 : 37 - 38]. Puncak perjuangannya bisa disaksikan pada saat Dia berseru: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku” dan “Yesus berseru dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya [Matius 27:46 dan 50].
Acara peringatan Paskah dengan berbagai drama, pemutaran “The Passion of Christ”, memang bisa menimbulkan rasa iba, simpati dan empati, emosi kesedihan muncul sampai mengeluarkan air mata. Tentunya tidak salah berempati terhadap Yesus. Namun menyambut Paskah tidak cukup hanya dengan simpati dan empati. Yesus sendiri mengatakan “ …, janganlah kamu menangisi Aku, mela...selengkapnya » |
Kita ditebus dari cara hidup yang sia-sia dengan harga yang sangat mahal [I Petrus 1:18-19]. Karya Keselamatan yang dilaksanakan oleh Yesus adalah rancangan agung Bapa begitu manusia jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Penebusan salib ini menggenapi kasih dan rasa keadilan Bapa. Pengorbanan yang dipikul oleh Yesus bukan suatu sandiwara, tapi suatu hal yang sangat serius, melibatkan pertaruhan sangat dahsyat bagi Bapa maupun Yesus sebagai pelaksananya. Untuk melaksanakan misi Bapa-Nya, Yesus [sebagai manusia] telah sungguh-sungguh berjuang untuk taat mutlak kepada Bapa. Situasi di taman Getsemani menjelang Yesus ditangkap menggambarkan perjuangan tersebut [Matius 26 : 37 - 38]. Puncak perjuangannya bisa disaksikan pada saat Dia berseru: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku” dan “Yesus berseru dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya [Matius 27:46 dan 50].
Acara peringatan Paskah dengan berbagai drama, pemutaran “The Passion of Christ”, memang bisa menimbulkan rasa iba, simpati dan empati, emosi kesedihan muncul sampai mengeluarkan air mata. Tentunya tidak salah berempati terhadap Yesus. Namun menyambut Paskah tidak cukup hanya dengan simpati dan empati. Yesus sendiri mengatakan “ …, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu !”[Lukas 23:28]. Bagi Yesus tugas penebusan yang diemban-Nya sudah tuntas pada saat Dia mengatakan “sudah selesai” [Lukas 19 : 30]. Dia sudah berjuang dan menang [Ibrani 5:7].
Sebagai umat tebusan, kita harus menghargai pengorbanan Yesus, yang tidak cukup dilakukan dengan perkataan, nyanyian yang kita naikkan bagi-Nya. Tapi harus dimulai dengan sikap hati yang menghargai Pribadi dan pengorbanan-Nya. Diikuti dengan perjuangan sungguh-sungguh untuk menggenapi tujuan anugerah penebusan diberikan, yaitu manusia dikembalikan / dipulihkan pada rancangan semula Bapa, menjadi serupa dengan Penciptanya, memiliki kemuliaan Allah, diubah dari kodrat dosa menjadi kodrat illahi, sempurna seperti Bapa, kudus dan tidak bercacat dihadapan-Nya [Efesus 1:4].
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|