|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Meskipun dunia menganggap hidup kita tidak wajar, namun manusia lama kita harus segera dimatikan, agar tidak menjadi raksasa yang tidak bisa ditumpas lagi. |
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Bp. Gunawan Laksmana |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Penyangkalan Diri |
|
Penyangkalan Diri |
|
Rabu, 29 November 2017 |
|
|
|
|
|
Penyangkalan Diri |
|
Lukas 9:23; Kolose 3:9 |
|
|
|
|
|
|
Target orang percaya adalah menjadi murid sejati yang rela dididik oleh Tuhan dalam sekolah kehidupan selama hidup di bumi ini [Titus 2:11]. Harus dipahami bahwa agenda Bapa dengan Anugerah Keselamatan melalui penebusan salib yang sangat mahal harganya adalah mengembalikan manusia kepada rancangan semula pada waktu Tuhan menciptakannya, yaitu sempurna seperti Bapa, kudus dan tidak bercacat di hadapan-Nya. Tuhan Yesus memberikan syarat untuk bisa menjadi murid/pengikut-Nya, yaitu menyangkal diri dan memikul salib setiap hari [Lukas 9:23]. Rasul Paulus menggambarkannya dengan ungkapan “meninggalkan manusia lama” [Efesus 4:22; Kolose 3:9]
Menyangkal diri pada hakikatnya adalah melepaskan kesenangan sendiri yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Dari hal-hal sederhana sampai pada kesenangan yang sudah menyatu dengan dirinya, bahkan menjadi senilai dengan nyawa atau hidupnya, yang tentunya sangat sulit dilepaskan. Kesenangan yang harus dilepaskan adalah seseorang atau sesuatu: kekayaan, kehormatan manusia, kedudukan, kenikmatan daging, hobi, perhiasan, dsb. Kesenangan tersebut sering dianggap tidak melanggar kehenda...selengkapnya » |
Target orang percaya adalah menjadi murid sejati yang rela dididik oleh Tuhan dalam sekolah kehidupan selama hidup di bumi ini [Titus 2:11]. Harus dipahami bahwa agenda Bapa dengan Anugerah Keselamatan melalui penebusan salib yang sangat mahal harganya adalah mengembalikan manusia kepada rancangan semula pada waktu Tuhan menciptakannya, yaitu sempurna seperti Bapa, kudus dan tidak bercacat di hadapan-Nya. Tuhan Yesus memberikan syarat untuk bisa menjadi murid/pengikut-Nya, yaitu menyangkal diri dan memikul salib setiap hari [Lukas 9:23]. Rasul Paulus menggambarkannya dengan ungkapan “meninggalkan manusia lama” [Efesus 4:22; Kolose 3:9]
Menyangkal diri pada hakikatnya adalah melepaskan kesenangan sendiri yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Dari hal-hal sederhana sampai pada kesenangan yang sudah menyatu dengan dirinya, bahkan menjadi senilai dengan nyawa atau hidupnya, yang tentunya sangat sulit dilepaskan. Kesenangan yang harus dilepaskan adalah seseorang atau sesuatu: kekayaan, kehormatan manusia, kedudukan, kenikmatan daging, hobi, perhiasan, dsb. Kesenangan tersebut sering dianggap tidak melanggar kehendak Tuhan karena dinilai wajar seperti yang dimiliki oleh manusia pada umumnya. Kesenangan telah bertahta dalam hati dan tidak terbaca oleh siapapun, bahkan dirinya sendiri, sehingga melepaskan kesenangan ibarat mencabut nyawa dan sangat menyakitkan.
Hal ini bertentangan dengan prinsip hidup Tuhan Yesus yang kesenangan-Nya adalah menyenangkan hati Bapa [Yohanes 4:34]. Orang percaya yang kesenangannya seperti ini berarti tidak memiliki berhala [2 Korintus 11:2-3]
Meninggalkan manusia lama berarti meninggalkan sama sekali cara berpikir, pola hidup dan gaya hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Analoginya bangsa Israel yang diperintahkan untuk menumpas bangsa-bangsa [kafir] di Kanaan. Untuk itu orang percaya tidak boleh berhenti mengalami pembaharuan pikiran [Roma 12:2]. Menumpas semua unsur manusia lama perlu proses panjang yang dilakukan dengan segenap hati dan harus dimulai sejak dini/secepatnya. Kesadaran dan kesediaan yang tulus harus diikuti dengan langkah konkret untuk terus bertumbuh dalam Kebenaran Injil yang murni. Tuhan akan menolong dan menggarap kehidupan kita [Roma 8:28-29, Filipi 2:12-13].
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|